Dalam istilah alam kita mengenal ada saat lembayung. Lembayung biasanya
terjadi pada waktu-waktu berakhirnya senja. Lembayung itu sendiri memiliki arti
merah jingga, sebuah warna yang memang terlihat ketika matahari hampir
terbenam. Namun, tahukah kita bahwa saat-saat lembayung senja merupakan
saat-saat yang memiliki filosofis yang tinggi dalam kehidupan manusia?
Waktu lembayung senja merupakan fase ketika matahari hampir sepenuhnya
terbenam. Waktu merendahnya matahari dimulai ketika pukul tiga sore. Fase ini
ditandai dengan condongnya matahari ke ufuk barat dan berubahnya cahaya
matahari perlahan dari kuning keemas-emasan menjadi merah jingga. Cakrawala
akan berubah menjadi merah jingga atau oranye ketika lembayung. Hawa panas akan
berangsur-angsur menjadi sejuk.
Lembayung senja merupakan fase puncak dari pergerakan matahari dalam satu
hari. Ketika lembayung berakhir, matahari telah utuh terbenam di ufuk barat dan
secara perlahan akan berganti dengan kegelapan. Bersyukurlah jika manusia di
bumi masih menikmati saat-saat yang romantis ini, karena ketika lembayung dan
senja banyak sekali diidiomkan orang sebagai saat-saat yang paling romantis di
samping saat matahari terbit dan bulan purnama dengan bintang gemintangnya.
Terbenamnya matahari banyak sekali dimaknai sebagai fase penyempurnaan.
Dalam sistem penanggalan Islam, saat-saat lembayung merupakan saat-saat
pergantian hari. Sistem penanggalan Islam adalah diawali dengan gema adzan
Magrib sebagai permulaan sebuah hari, bukan ketika jam menunjukkan pukul
duabelas malam. Dengan sistem penaggalan inilah, penyempurnaan hari dalam Islam
ditandai dengan waktu lembayung senja.
Dalam Al-Qur’an pun waktu lembayung senja disinggung dalam Surah
Al-Insyiqaaq. Di ayat ke-16 diterangkan bahwa Allah telah bersumpah ketika
cahaya merah di waktu senja dan ketika pada waktu malam, bahwa sesungguhnya
manusia akan melewati fase kehidupan. Fase tersebut berjalan ketika pembuahan
sel telur oleh sperma hingga manusia tersebut meninggal dan dibangkitkan
kembali. Surah tersebut mengutarakan terjadinya kiamat dan janji Allah kepada
orang yang beriman ketika kiamat.
Berangkat dari ayat tersebut, sumpah Allah kepada makhlukNya terucap
bukan ketika pagi atau siang, melainkan pada senja menuju malam. Senja sebagai
saat-saat pergantian hari menuju malam serta pergantian tanggal dalam sistem Islam
merupakan saat ketika manusia harus menghentikan sejenak aktivitasnya dan
melakukan ibadah kepada Allah. Ibadah ini ditandai dengan berkumandangnya azan
Maghrib sebagai tanda bergantinya siang menuju malam. Saat-saat ketika manusia
harus melakukan penyempurnaan atas aktivitas dunia yang dilakukan pada pagi dan
siang hari. Dan penyempurnaan itu ialah bersujud dan mendekatkan diri kepada
Allah, Tuhan Seru Sekalian Alam.
Bagaimana dengan filosofi lembayung senja di agama yang lain? Dalam
kepercayaan Tao dijelaskan bahwa waktu lembayung senja merupakan fase
penyempurnaan manusia dalam kehidupannya. Matahari yang hampir terbenam
diibaratkan dengan manusia yang telah mengalami perjalanan panjang kehidupan.
Senja diibaratkan sebagai manusia yang sudah berumur tua. Cahaya matahari
ketika senja tidak akan seterang cahaya matahari ketika siang. Namun, saat-saat
ketika senja merupakan saat-saat yang paling indah di bumi.
Begitu juga manusia. Ketika menginjak usia tua, kemampuan fisik mulai
menurun. Tubuh tidak lagi sekuat dahulu, namun manusia haruslah memancarkan
kebijaksanaannya, harus mampu memberikan kesejukan, serta mampu menunjukkan
kematangan jiwanya sebagai manusia. Saat tua sudah bukan lagi terombang-ambing
oleh keputusan yang labil. Sebab, menurut ajaran Tao, seseorang ketika masuk
usia senjanya kurang bijaksana, susah menyesuaikan diri, dan masih tinggi sifat
egonya, maka ia akan tersisihkan, merasa kesepian, dan hidupnya tidak akan
bahagia.
Masa usia tua merupakan usia persiapan menuju akhir kehidupan. Kepercayaan
Tao mengajarkan bahwa ketika manusia sudah memaknai arti hidup, maka ia akan
memperoleh ketenangan batin menjelang akhir hidupnya. Dan ketika jiwanya
terlepas dari jasad, ia akan berganti rupa menjadi dewa-dewi sesuai dengan buah
dari ajaran Tao yang telah sempurna.
Kepercayaan yang lain pun memfilosofikan sebagai puncak penyempurnaan
hidup seorang manusia untuk berganti menuju dunia yang lain, yakni dunia
akhirat tempat segalanya akan kekal. Penyempurnaan dalam istilah Buddha
Mahayana dikenal dengan sebutan Zen atau Dhyana. Zen atau Dhyana
mengajarkan fokus pada sikap meditasi untuk mencapai penerangan dan
kesempurnaan jiwa. Meditasi ini mengajarkan manusia untuk memusatkan seluruh
pikirannya tidak lagi bersifat dualistik, sebab penyempurnaan berarti tidak
lagi memikirkan kefanaan, dalam hal ini adalah dunia. Penyempurnaan adalah
satu, yakni Buddha itu sendiri.
Beragam filosofi penyempurnaan manusia ketika lembayung senja dalam
masing-masing agama menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk yang lemah.
Manusia bukanlah makhluk yang kekal di dunia ini, yang kekal hanyalah Sang
Pencipta Kehidupan. Sadar akan jiwanya yang tidak sempurna, Sang Pencipta
menyuruh kepada umatNya untuk menyempurnakan kehidupan sesuai dengan apa yang
telah diajarkan. Usia begitu mudah menjadi tua, dan kematian selalu dekat
kepada manusia.
Tuhan menyimbolkan sikap yang seharusnya manusia lakukan sebelum kematian
menjelang, melalui bahasa alam. Ia menciptakan lembayung senja sebelum
kegelapan tiba merupakan fase ketika matahari memancarkan cahaya yang begitu
indah sehingga menghiasi cakrawala menjadi merah jingga sebelum akhirnya hilang
ditelan kegelapan malam. Meskipun hanya sebentar, bayangan tentang senja yang
indah akan selalu melekat di benak manusia yang pernah melihatnya. Manusia pun
begitu. Sebelum kematian menjelang, manusia harus mempersiapkan bekalnya. Ia
harus lebih matang—baik dalam iman maupun sikap—agar kematian yang membayang di
depan matanya telah siap untuk dihadapi.
Bandung, 24 Januari 2012
nice posting..!!
ReplyDeleteTerima kasih, Salam kenal :)
ReplyDeletelike this posting :)
ReplyDeleteTerima kasih :)
ReplyDeleteTerima kasih, Pak..kebetulan sekali, topik artikel ini sesuai dg nama anak saya.
ReplyDeleteTerima kasih Mas.. Wah, nama anak mas sungguh indah :)
Deletesaya lagi program anak ke2... entah kenapa saya ingin sekali nama anak ke2 saya "lembayung senja" .. meskipun dikota besar sudah jarang terlihat lembayung senja, namun sy yakin setiap orang yg pernah melihatnya tidak akan dengan mudah dapat melupakannya...
ReplyDeleteYa, mbak. saat ini lembayung senja memang sudah sangat jarang ditemui, mnegingat kondisi cuaca yang tidak menentu juga. Namun ketika melihatnya akan selalu memunculkan kebahagiaan yang tiada terkira. Semoga anaknya bisa seindah namanya nanti :)
DeleteLembayung Bali :), lagu yg membuat saya ke sini :). Nice artikel Pak :)
DeleteLembayung Bali :), lagu yg membuat saya ke sini :). Nice artikel Pak :)
DeleteTerima kasih :)
Deleteijin copas yh kang buat tugas :)
ReplyDeleteMangga kang :)
DeleteLembayung kirana salsabila nama anak saya semoga hidupnya kelak seindah namanya amiin..
ReplyDeleteAamiin
DeleteKeren banget gan! Great post ^O^ bahasa nya santai mengalir tidak bertele tele tapi makna nya mendalam. Terimakasih banyak! Salam kenal.
ReplyDeleteKeren banget gan! Great post ^O^ bahasa nya santai mengalir tidak bertele tele tapi makna nya mendalam. Terimakasih banyak! Salam kenal.
ReplyDeleteTerima kasih, salam kenal juga mbak :)
DeleteKeeeereen.
ReplyDeleteNama Saya Aznina Lembayung
ReplyDeleteJadi ingat dulu waktu kecil. Kalau mau Maghrib langitnya merah atau keoranyean. Tapi kalau mau keluar rumah, malah ditakuti-takuti orang tua. Katanya langit merah merusak mata. Karena dulu gak tahu istilah lembayung senja, jadi saya nurut aja di dalam rumah.
ReplyDeleteSekarang peristiwa langit merah itu sudah jarang sekali terjadi. Entah kenapa, saya jadi merindukannya.
Btw, terima kasih postingannya.
Terima kasih
DeleteLuar biasa..izin copas ya kang buat pencerahan jiwa jiwa generasi muda emas..agar mengerti pentingnya JASMERAH
ReplyDeleteBoleh mbak, asal tetap mengedepankan identitas referensi. Terima kasih atas apresiasinya.
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeletePostingan bagus, salam kenal
ReplyDeleteSaya Ijin menyimpannya.
Teruslah berkarya
ReplyDeleteijin repost kang
ReplyDeletethanks
Kang,blognya mau dijual nggak?klu misalnya mau dilepas hbngi saya ya?trims
ReplyDeletejd makin cinta sm nama lembayung stlh baca postingan ini,proses kehidupan yg sempurna.
ReplyDeleteLembayung Senja , sebuah proses alami yg jarang sekali terjadi , seauatu yg indah terpancar kala senja , dan akan hilang di telan kegelapan....!!!!
ReplyDeleteFilosofi yg tepat utk gambaran seorang manusia... nice posting kang Arief Maulana 👍👍
Nice Posting....
ReplyDeleteJadi tau harus gimna nantinya
"Binar jingga lembayung senja" itu nama yg akan saya berikan untuk anak saya kelak
ReplyDeleteSaya salut����
ReplyDeleteNice post mas, kebetulan nama anak pertama saya kasih nama "Nuansa Lembayung Jingga" :-)
ReplyDeleteSubhanallah bagus bingit... diingatkan.
ReplyDeletePemaknaan yang bagus😉
ReplyDeleteMasyaAllah Tulisannya bagus sekali . Izin repost ya kak
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteLuarbiasa mas
ReplyDeleteLembayung senja raya kebetulan itu nama anak saya
Istimewa
ReplyDelete