Dalam berbahasa di masyarakat Indonesia, kita mengenal ada istilah
“kesehatan itu mahal harganya”. Orang-orang akan menggunakan istilah ini jika
dirinya orang telah terjangkit penyakit. Secara semantis makna dari istilah
tersebut adalah kesehatan itu akan terasa tinggi nilainya jika kita telah
terjangkit suatu penyakit akibat lalai menjaga kesehatan. Namun, dilihat dari
segi pragmatik dan kesinkronan antara kalimat dengan keadaan sosial, hal ini
tidak logis.
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang sedang berkembang. Negara selalu
mengusahakan kesejahteraan bagi rakyatnya, meski kenyataannya sudah 66 tahun Indonesia
merdeka, kesejahteraan itu belum terasa bagi rakyat kecil. Pelayanan kesehatan
pun belum dirasakan merata bagi setiap rakyat Indonesia. Apalagi jika rakyat
tersebut berada di kawasan pelosok dan di pedalaman.
Makna “kesehatan itu mahal harganya” barangkali menjadi istilah yang
salah ketika digunakan di Indonesia. Rakyat miskin yang notabene tidak mampu
mencukupi kebutuhan sehari-harinya mungkin akan bertambah miris bila mendengar
istilah ini. Betapa tidak, mereka sangat anti mendengar kata “harga mahal”.
Dalam benak mereka, “kesehatan itu mahal harganya” memiliki makna bahwa
kesehatan itu lebih malah dari motor Harley Davidson, lebih mahal dari harga
satu kilo beras dan satu kilo telur, serta lebih mahal dari harga minyak. Jika
dalam pikiran mereka tertanam bahwa sehat itu mahal, bagaimana mungkin kita
bisa mengubah tingkat kesehatan masyarakat Indonesia?
Konsep “kesehatan itu mahal harganya” tentunya hanya terdengar ketika
orang sedang terkena penyakit. Konsep pemikiran ini yang harus diubah, yakni
bukan sehat yang mahal tapi sakit yang harus mahal. Coba kita bandingkan
kalimat “kesehatan itu mahal harganya” dengan kalimat “sakit itu mahal
harganya” lalu diucapkan ketika kita terkena sakit. Mendengar kalimat “sakit
itu mahal harganya” orang akan berpikir dua kali untuk sakit bukan?
Kesehatan itu tidak mahal kok. Ia bisa dibeli dengan murah dan dapat
digunakan setiap hari. Menjaga kesehatan tidak selamanya harus membeli
alat-alat untuk melancarkan peredaran darah, atau suplemen-suplemen penjaga
kesehatan. Dengan menjaga pikiran agar tetap jernih pun sudah menjadi kunci
dari kesehatan kita. Menjaga tubuh dengan mengonsumsi makanan dan minuman yang
bergizi aecara teratur, manusia akan terhindar dari penyakit. Bila pemikiran
ini melekat dalam masing-masing pikiran rakyat Indonesia, saya kira tidak ada
lagi orang yang berkata, “kesehatan itu mahal harganya” ketika mereka sakit.
Dari segi bahasa, saya menganjurkan untuk mengubah kalimat “kesehatan itu
mahal harganya” menjadi “kesehatan itu sangat berharga”. Berharga memiliki
makna bernilai, tinggi nilainya, dan penting. Tentunya
dengan menggunakan kata “berharga”, orang akan semakin peduli menjaga
kesehatan, baik kesehatan tubuh maupun kesehatan lingkungan. Jika penerapan
kalimat “kesehatan itu mahal harganya”, orang tidak mau sehat dong, sehat kan
mahal? Siapa yang mau beli kalau harganya mahal?
Salam Humaniora
Bandung, 25 Januari 2012
11.15
No comments:
Post a Comment