Untuk memperkaya sebuah tulisan, biasanya penulis memasukkan banyak
referensi ke dalam tulisannya. Tujuannya agar apa yang ditulisnya dapat
memberikan informasi yang benar dan akurat kepada pembaca, terlebih jika yang
ditulis adalah makalah, artikel, dan karya ilmiah.
Seringkali referensi dijadikan tolok ukur seberapa benar dan
informatifkah tulisan itu. Obsesi penulis memasukkan referensi terkadang sering
disalahgunakan. Beberapa penulis banyak memasukkan referensi-referensi ke dalam
tulisannya—bahkan setiap kalimat yang ditulis merupakan kutipan dari referensi
lain. Jika sudah demikian, dimanakah letak dari gagasan si penulis dalam
tulisannya?
Hakikat awal menulis adalah mengungkapkan pikiran atau gagasan (seperti
yang telah disinggung di bagian 1). Gagasan tersebut akan lebih bisa diterima
publik jika disinkronkan dengan referensi yang ada. Namun, bukan berarti kita
mesti terpaku pada referensi. Referensi hanya dijadikan penunjang bagi kekuatan
sebuah gagasan kita.
Bila kita menulis tulisan yang bersifat ilmiah, mau tidak mau harus
mengacu pada referensi yang ada. Hanya, akan lebih baik jika kita tidak
mengutipnya secara langsung, melainkan menuliskannya dengan bahasa kita. Hal
ini menunjukkan bahwa kita sebagai penulis telah memahami kepustakaan yang sedang
kita pelajari. Dengan menggunakan kalimat yang kita buat sendiri akan mencegah
tulisan kita dari pelanggaran hak cipta. Sebab, seringkali penulis lupa
mencantumkan identitas dari referensi yang dikutipnya. Jika sudah begini kan
tulisan kita menjadi tidak orisinal.
Banyak referensi pun belum tentu membuat tulisan kita menjadi bagus.
Banyak penulis yang memasukkan referensi namun ia hanya mengutip-ngutip saja
tanpa pernah memahami maksud dari kutipan tersebut. Kesalahan seperti ini bisa
berakibat fatal jika kita tetap mencaplok referensi sana-sini tanpa memaknainya
dengan jelas. Percuma bukan jika kita susah payah memasukkan banyak referensi
hasilnya malah jadi membingungkan?
Jika memang kita membutuhkan referensi untuk tulisan kita, saran saya
pahami lebih dalam sumber-sumber data yang telah kita dapatkan. Tujuannya, agar
referensi tersebut benar-benar sesuai dengan apa yang ingin kita tulis.
Kemandirian dalam menulis merupakan modal utama bagi seorang penulis untuk bisa
menjadi penulis yang hebat. Mandiri dalam mengungkapkan gagasan, mandiri dalam
hal gaya menulis, serta mandiri dalam segi tema.
Ibaratnya, penulis adalah seorang wiraswasta yang hidup dari tulisannya.
Jika ingin tulisannya disukai orang, jadilah penulis yang memiliki kemandirian
dalam hal ide, yakni tidak meniru ide-ide yang sudah ada. Mengembangkan ide
yang telah orang lain tulis memang bagus, namun akan jauh lebih bagus lagi jika
kita memiliki instuisi memunculkan ide-ide yang baru. Referensi menjadikan
sebuah tulisan kaya akan makna dan wawasan. Hal itu terjadi jika kita mampu
memahami dan menuliskannya sesuai dengan maksud dan gaya menulis kita.
No comments:
Post a Comment