Aku ingin bercerita, sebentar saja. Tentang kenangan yang
selalu hadir menemani senja. Lalu raut mukamu yang teduh selalu terbayang
ketika malam mulai mengheningkan suasana. Aku ingin jatuh cinta, tapi tidak
pada pandangan pertama. Aku ingin jatuh cinta, pada suaramu yang menyanyikan
lagu kesukaanku.
Aku ingin bercerita, sebentar saja. Tentang suara yang tak
lekang termakan usia. Waktu merambat pelan seperti kura-kura, namun perlahan ia
tajam menusuk dan menghanyutkan sebuah pertemuan. “Aku ingin bertemu denganmu
sebentar saja, setelah itu kau boleh pergi dan tak kembali.” Hilang. Seperti angin
yang tidak pernah singgah barang sebentar.
Aku ingin bercerita, tentang malam yang mengendapkan lara. Sudah
berapa lama aku melihatmu di setiap mimpiku? Nyanyian seindah padang eidelweis.
Sukma meracau memanggil namamu. Perlahan, pertemuan itu akan susah untuk kita
ulangi. “Sebentar saja, jangan biarkan waktu membawamu pergi.” Tapi, kutahu
waktu seperti kereta yang terus melaju menuju tujuannya. Membawamu pergi
seperti air yang menghanyutkan perahu kertasku.
Aku ingin bercerita dalam tangis yang takterbendung lagi. Tentang
indah semesta yang selalu kau ingatkan. “Ini dunia adalah tempat cita-citamu.
Jangan pernah sesali kau terlahir menjadi perempuan!” Hujan perlahan menghapus
suaramu. Hilang dalam gemuruh langit. Terlarung dalam aliran air. Menguap ketika
matahari kembali muncul di permukaan cakrawala.
Aku ingin bercerita, sebentar saja. Sebelum kau terlelap dan
lupa kepadaku.