Monday, 30 January 2012

TIDUR


Kapankah kemiskinan akan pergi dari bumi Indonesia? Pertanyaan itu kembali terulang oleh setiap rakyat Indonesia manakala melihat kemiskinan di depan matanya yang masih merajalela.
Beberapa saat yang lalu, dalam terik siang dan cahaya matahari di atas kepala, saya menjumpai seorang tua penjual kacang tanah. Di pinggir jalan, bapak tua itu berteduh sambil menjajakan kacang yang sebagian telah dibungkus kertas. Bapak tua itu duduk di tembok sebuah rumah, dan angin siang yang berhembus membuat ia tertidur. Barangkali usia tuanya membuat tubuhnya mudah lelah dan ngantuk, atau mungkin barangkali pada malamnya ia tidak bisa tidur karena didera masalah kehidupan.
Saya taksir usia bapak tua itu sudah lewat tujuh puluh tahun. Apakah separuh hidupnya digunakan hanya untuk berjualan kacang? Penjual kacang tanah merupakan sebuah tradisi berjualan yang sudah ada sejak zaman kolonial. Pada zaman dulu belum marak jajanan pabrik yang beraneka ragam, sehingga orang-orang zaman dahulu mengonsumsi kacang sebagai cemilan.
Zaman sekarang tentunya telah banyak berubah. Pabrik-pabrik berlomba memproduksi makanan yang beraneka ragam. Bahkan kacang pun kini sudah dikemas dengan kemasan produk yang memikat. Barangkali sekarang orang akan lebih memilih membeli kacang yang sudah dikemas dan memiliki nama yang besar dibanding dengan membelinya di tukang-tukang kacang seperti bapak tua itu.
Bapak tua itu tertidur dengan pulas meski jalanan di depannya bising oleh deru knalpot kendaraan. Adakah yang bisa membangunkan orang yang tertidur karena lelah? Mungkin bapak tua itu sedang bermimpi yang indah, dan berharap ketika ia membuka matanya akan ada kesejahteraan menanti di hadapannya. Harapan itu akan selalu membayang pada setiap rakyat kecil yang haus akan arti sebuah kesejahteraan.
Melihat bapak tua yang tertidur di saat istirahat menjajakan dagangannya ini saya teringat dengan para anggota dewan yang tertidur pula ketika rapat paripurna berlangsung. Ini sudah bukan hal yang heboh lagi di negeri kita. Tidurnya anggota dewan saat sedang rapat tidak akan sama dengan tidurnya bapak tua penjaja kacang tersebut. Tidurnya mereka sebagai wujud dari kebosanan mereka ketika harus terjun memikirkan dan mengurusi masalah bangsa.
Bagaimana Indonesia akan terbangun dari mimpi buruknya jikalau pemerintah saja tertidur ketika sedang memikirkan negara? Bagaimana Indonesia akan terlepas dari kemiskinan jika budaya tidur kala rapat masih melekat pada sebagian “oknum” pejabat kita?
Kemiskinan adalah “garmen yang menutupi ketelanjangan” negara ini. Garmen  sebenarnya bisa untuk diubah dan diganti dengan garmen yang lebih baik, asalkan ada kemauan dari diri yang tertutupi oleh garmen tersebut. Jika pakaian kita kotor oleh aktivitas kita, tentunya kita pun akan mengganti baju yang kotor tersebut kan? Nah, kemiskinan pun seperti itu.
Tidur adalah hal yang lumrah bagi setiap manusia. Manusia butuh tidur. Manusia butuh istirahat. Namun, terkadang derajat bisa membedakan tidur masing-masing manusia. Jika rakyat miskin tidur karena memang ia terlalu lelah bekerja mencari uang, lantas ia tidur untuk mengistirahatkan tubuh sambil berharap jika ia membuka mata akan terhampar rezeki yang lebih baik di matanya. Sementara itu, jika orang kaya tidur, itu karena ia telah kenyang akan nikmat dunia, dan sudah saatnya tidur ngorok sambil bermimpi menjadi konglomerat. Haha, semoga Anda yang orang kaya tidak akan tidur seperti itu.
Semoga rezeki yang baik selalu melimpah di setiap kacang-kacangmu pak. Dan semoga rahmatNya selalu tercurah untukmu dan untuk keluargamu.



Bandung, 30 Januari 2012

No comments:

Post a Comment