Manusia telah berubah menjadi Anjing…
Kalimat di atas bukanlah igauan atau imajinasi belaka. Kenyataannya
orang-orang (rata-rata anak muda) terbiasa berbicara dengan mengikutsertakan si
Anjing.
Ia memanggil temannya dengan sebutan Anjing.
Teman-teman memanggil dia dengan sebutan Anjing
pula. Namun, ia akan marah jika dirinya disamakan dengan hewan Anjing.
Barangkali bangsa Indonesia
merupakan bangsa yang sedikit memahami kaidah bahasa nasionalnya. Tidak jarang
dari sebagian masyarakatnya masih salah ketika berbahasa yang baik dan benar.
Saya ambil contoh kata Anjing
tadi. Anjing
adalah sebuah kata yang merujuk pada binatang
menyusui yangg biasa dipelihara untuk menjaga rumah, berburu, dsb. Makna
tersebut saya ambil dari Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Kenyataan yang ada, Anjing telah mengalami
pergeseran makna. Kata Anjing yang dipakai oleh
masyarakat kini sudah bukan merujuk pada hewan, tetapi merambah ke manusia.
Kita lihat contoh di bawah:
A: Anjing, gua kalah lotre!!!
B: Lo kalah njing?
A: Iya njing, gua kalah!
B: Lo sih bego njing!
A: Lo ngatain gua njing!
B: Ye, Anjing lo! Gua gak ngatain lo,
Anjing! Lo nya aja yang emang bego Anjing!
Ya, Anjing kini dipakai dalam
ragam bahasa sehari-hari. Ia bisa digunakan sebagai kata sapaan, kata penerang,
ragam penunjuk ekspresi, maupun pengganti subjek. Mereka melupakan arti harfiah
dari Anjing itu sendiri dan mereka pun tidak sungkan lagi ketika
seseorang memanggilnya Anjing. Hahaha.
Sekarang kita akan tanya kepada si mas Anjing, jenisnya Herder namun ia baik hati (terlebih jika ada
majikannya)
A: Hallo mas Anjing, apa kabar?
Anjing: Guk! Guk!
A: Bagaimana nih nama mas sering disebut-sebut
manusia, apa gak mencemarkan nama baik mas?
Anjing: Guk! Guk!
A: Saya juga bingung mas sama orang-orang yang
sering pakai nama mas, jadi mas gak keberatan?
Anjing: Guk! Guk!
Hahaha…
Anjing saja tidak pernah bilang Anjing, masa manusianya lebih
doyan bilang Anjing. Hahaha, dasar Anjing! (uppss…. :) )
Bandung, Tengah Malam
No comments:
Post a Comment