Di sebuah senja
yang kian meremang, sepasang kekasih bertemu untuk sebuah perpisahan di sebuah
dunia yang barangkali tidak pernah mereka sadari sebelumnya. Mereka saling
bercerita, dengan gaya
bahasanya yang khas, dan tiadalah yang bisa mereka lakukan selain saling
menguatkan cinta mereka satu sama lain.
Lelaki : Di bis kota
terakhir menuju kotaku, aku selalu menyayangimu…
Wanita : …Bis terakhir yang meninggalkan kerinduan
padamu.
Lelaki : Kerinduan yang takkan hilang meski senja
telah berangsur merambah layu.
Kerinduan padamu!!!
Wanita : Pada senja yang kian muram, dibayangi langit
pekat menambah sendu suasana
pada malam semu.
Lelaki : Apakah di sana kau selalu menatap satu bintang yang kau
yakini itu adalah
jelmaan senyumanku yang tak kau sadari selalu menggenang di langit
malam…
Wanita : Bintang terang, pada titik yang begitu jauh.
Selalu ingin kurengkuh agar
senyummu juga tak luput dalam mimpiku.
Lelaki : Selalu juga kukejar bayang-bayangmu yang
hilang tanpa arah. Begitulah selalu
aku menampar wajahku sendiri ketika aku tidak bisa menyentuh bayangmu
itu.
Wanita : Bayang-bayang hanyalah bayang-bayang yang
selalu menjadi bayang-bayang
dan akan tetap menjadi bayang-bayang…(terdiam) layaknya bayang-bayangmu
yang juga hanya mampu kuikuti saat mata terpejam.
Lelaki : Bayang-bayangmu selalu kucari dalam mimpiku
antara ada dan tiada. (menatap
wajah si wanita) bukankah bayang-bayang juga tidak ada yang abadi?
(mema-
lingkan pandangan, berpikir dan dengan bersuara lirih) tetapi kuharap bayang-
bayang senyummu akan abadi terlukis di cakrawala.
Wanita :
Janganlah terus menerus kau berkejaran dengan bayanganku pada mimpi, kare-
na kelak mimpi juga menghapus keyakinanmu. Sedang cakrawala hanya mampu
menyamarkan, bukan menyampaikan.
Lelaki : Aku mencarimu sayang, namun tak kutemukan
kau di sela-sela bintang yang
bersinar itu. Apakah harus kubaca jiwamu agar aku tahu kemana engkau
pergi?
Aku mencarimu sungguh meski cakrawala itu taklagi benderang.
Keduanya
terdiam, saling merangkai kata-kata dalam ingatan untuk kembali diucapkan.
Mereka cari kata-kata yang bisa menguatkan, dan betapa sebuah kata mampu
menguatkan cinta mereka tanpa pernah goyah sekalipun terhempas oleh gelombang
besar yang bergelora.
Wanita : (mendekat) Aku tak ingin kau cari, aku akan
datang sendiri sekalipun hanya
menjelma sebagai langit malam ungu pekat. Wahai kau kekasihku…(seakan-
iba melihat si lelaki) cakrawala itu akan kembali benderang kala kita
hapus se-
genap kerinduan.
Lelaki : Aku selalu menunggumu meski kau menjelma
menjadi titik-titik air hujan pun,
karena aku hilang tanpamu. Wahai kau yang terindah… kita sama-sama
terlahir
untuk bersama dan tak ada yang memisahkan kita meski langit mendung
pekat!
No comments:
Post a Comment