Friday, 17 February 2012

Sepotong Puisi untuk Kekasihku


Di sebuah senja yang kian meremang, sepasang kekasih bertemu untuk sebuah perpisahan di sebuah dunia yang barangkali tidak pernah mereka sadari sebelumnya. Mereka saling bercerita, dengan gaya bahasanya yang khas, dan tiadalah yang bisa mereka lakukan selain saling menguatkan cinta mereka satu sama lain.

Lelaki  : Di bis kota terakhir menuju kotaku, aku selalu menyayangimu…
Wanita : …Bis terakhir yang meninggalkan kerinduan padamu.
Lelaki  : Kerinduan yang takkan hilang meski senja telah berangsur merambah layu.
              Kerinduan padamu!!!
Wanita : Pada senja yang kian muram, dibayangi langit pekat menambah sendu suasana
              pada malam semu.
Lelaki  : Apakah di sana kau selalu menatap satu bintang yang kau yakini itu adalah
              jelmaan senyumanku yang tak kau sadari selalu menggenang di langit malam…
Wanita : Bintang terang, pada titik yang begitu jauh. Selalu ingin kurengkuh agar
              senyummu juga tak luput dalam mimpiku.
Lelaki  : Selalu juga kukejar bayang-bayangmu yang hilang tanpa arah. Begitulah selalu
              aku menampar wajahku sendiri ketika aku tidak bisa menyentuh bayangmu itu.
Wanita : Bayang-bayang hanyalah bayang-bayang yang selalu menjadi bayang-bayang
              dan akan tetap menjadi bayang-bayang…(terdiam) layaknya bayang-bayangmu
              yang juga hanya mampu kuikuti saat mata terpejam.
Lelaki  : Bayang-bayangmu selalu kucari dalam mimpiku antara ada dan tiada. (menatap
              wajah si wanita) bukankah bayang-bayang juga tidak ada yang abadi? (mema-
              lingkan pandangan, berpikir dan dengan bersuara lirih) tetapi kuharap bayang-
              bayang senyummu akan abadi terlukis di cakrawala.
Wanita : Janganlah terus menerus kau berkejaran dengan bayanganku pada mimpi, kare-
              na kelak mimpi juga menghapus keyakinanmu. Sedang cakrawala hanya mampu
              menyamarkan, bukan menyampaikan.
Lelaki  : Aku mencarimu sayang, namun tak kutemukan kau di sela-sela bintang yang
              bersinar itu. Apakah harus kubaca jiwamu agar aku tahu kemana engkau pergi?
              Aku mencarimu sungguh meski cakrawala itu taklagi benderang.
Keduanya terdiam, saling merangkai kata-kata dalam ingatan untuk kembali diucapkan. Mereka cari kata-kata yang bisa menguatkan, dan betapa sebuah kata mampu menguatkan cinta mereka tanpa pernah goyah sekalipun terhempas oleh gelombang besar yang bergelora.

Wanita : (mendekat) Aku tak ingin kau cari, aku akan datang sendiri sekalipun hanya
              menjelma sebagai langit malam ungu pekat. Wahai kau kekasihku…(seakan-
              iba melihat si lelaki) cakrawala itu akan kembali benderang kala kita hapus se-
              genap kerinduan.
Lelaki  : Aku selalu menunggumu meski kau menjelma menjadi titik-titik air hujan pun,
              karena aku hilang tanpamu. Wahai kau yang terindah… kita sama-sama terlahir
              untuk bersama dan tak ada yang memisahkan kita meski langit mendung pekat!

             

                           

No comments:

Post a Comment