Saat ini Kawasan Karst
banyak yang tidak dikenal oleh orang, padahal kenyataannya banyak Kawasan Karst
atau bisa disebut sebagai Kawasan Batu Gamping banyak ditambang orang sebagai bahan baku
pembuat semen dan cat tembok. Banyak
orang yang melakukan konservasi untuk wilayah alam
seperti hutan, tetapi sangat sedikit orang yang peduli dan melakukan konservasi
di wilayah Karst.
Kawasan Karst sendiri memang mempunyai potensi yang bisa dimanfaatkan untuk kehidupan.
Namun, sayangnya pemanfaatan tersebut sering tidak diimbangi oleh konservasi
dan pelestarian wilayah itu sendiri. Karst secara geografis berada di kawasan
batu gamping yang merupakan bahan baku
utama pembuat semen. Hal inilah yang menjadi permasalahan dilematis antara
anggota pecinta alam dengan penambang.
Permasalahan yang terjadi memang dilematis, sebabnya semen adalah
salah satu komponen utama untuk pembangunan. JIka ingin melindungi kawasan karst, mau tidak mau
Indonesia harus mengimpor semen. Itu pun harus diimpor dari negara yang masih
membolehkan eksploitasi kawasan Karst. Kalau Indonesia masih membolehkan
penambangan di wilayah Karst, ya lambat laun Karst itu dapat habis.
Berdasarkan pendapat para ahli, sangat tidak mudah untuk merekonstruksi kawasan Karst. Konflik dengan
penambang untuk mempertahankan wilayah Karst semakin mengkristal dan intens.
Padahal, Kawasan Karst seyogyanya memiliki potensi lain selain dalam bidang
pertambangan, yakni sejarah. Kelompok
Riset Cekungan Bandung (KRCB) sendiri telah menemukan beberapa peninggalan arkeologi seperti waruga, punden berundak, artefak, dan
perkakas-perkakas pada zaman batu, serta kerangka
manusia purba pertama di Kawasan Karst Citatah, Padalarang, Jawa Barat.
Bagi pecinta alam, penambangan kawasan karst merupakan ancaman yang
sangat berbahaya. Namun, bagi penambang ini merupakan potensi yang bisa
digunakan untuk mengganjal perut mereka. Oleh karena itu, pabrik semen adalah
musuh utama bagi pecinta Karst.
Upaya pemerintah bukan tidak ada. Telah lama
pemerintah berupaya untuk meregulasi kawasan Karst. Namun, regulasi Kawasan Karst selalu terkendala dalam masalah perekonomian
rakyat yang menggantungkan hidupnya dari aktivitas pertambangan. Oleh karena
itu, perlu dilakukan sebuah kajian intensif mengenai potensi dari Karst itu
sendiri.
Pemerintah pun melalui Kementrian ESDM sebenarnya telah mengeluarkan
Kepmen ESDM No. 1456/K/20/MM/2000 tentang Pedoman Pengelolaan Kawasan Karst
yang aplikasinya mengelompokkan kawasan karst menjadi tiga kelas. Namun,
pengelompokkan ini sendiri sering disalahartikan oleh penambang. Oleh karena
itu, Kepmen tersebut diperbarui menjadi PP No. 26 tahun 2008 Pasal 53 sampai 60
tentang pengelolaan kawasan bentang alam yang unik, salah satunya adalah
kawasan Karst. Setidaknya, melalui PP tersebut relokasi wilayah mengenai mana
kawasan yang boleh ditambang dan mana kawasan yang tidak boleh adalah jelas.
Mengatasi masalah eksploitasi kawasan Karst, Cahyo Alkantara, Ketua Himpunan
Spelelologi Indonesia serta pembaca acara TEROKA di Kompas TV, memiliki cara jitu untuk
melakukan konservasi wilayah Karst. “Selama ini Kawasan Batu Gamping (Karst)
merupakan daerah dimana kehidupan masyarakatnya tergolong miskin. Tidak ada
cara lain selain menambang Karst untuk mempertahankan hidupnya. Konflik dengan
penambang pun tidak akan menghasilkan titik temu. Oleh karena itu, solusi yang
paling baik adalah dengan melakukan konsep Ecotourism,”
kata Cahyo.
Konsep Ecotourism itu sendiri merupakan konsep pengembangan kawasan
dimana terdapat potensi kualitas geologi. Cahyo optimis, dengan konsep
ecotourism, pertumbuhan ekonomi masyarakat di kawasan Karst akan tinggi
dibandingkan dengan melakukan pertambangan. Selain itu masyarakat pun secara
otomatis menjaga kawasan tersebut karena telah ditetapkan menjadi daerah
wisata.
“Ecotourism adalah masa depan Indonesia. Pertambangan suatu saat
nanti akan berhenti akibat habisnya sumber daya alam. Oleh karena itu, kita
harus jaga sisa-sisa warisan alam ini dengan menggalakkan konsep ecotourism,
atau konservasi kawasan yang ujung-ujungnya merucut kepada konsep torism.
Melalui pariwisata, saya yakin industry tambang tidak akan berani masuk,” tegas
Cahyo.
Diubah seperlunya dari tulisan saya di website Unpad
Gambar kompasiana
No comments:
Post a Comment