Thursday, 23 August 2012

NYANYI SUNYI SEORANG WANITA


Tolong jangan biarkan aku tertidur malam ini. Biarkan aku terjaga melihat dunia di bawahku sambil mendengarkan cerita-ceritamu tentang semesta. 
Aku ingin mataku selalu membuka dan terus melihat parasmu yang menenteramkan hatiku. Aku takut ketika aku pejamkan mataku hanya sedetik saja, aku takakan melihat indah dunia lagi selamanya. Aku masih ingin hidup bersamamu, mereguk nikmat yang kata orang dinamakan cinta dan itu sungguh indah takmungkin dilupakan. Aku masih ingin melihatmu, menggenggam tanganmu, memelukmu, mendengarkan suaramu, menangkap makna di kedua bola matamu, melantunkan melodi malam lewat merdu suaramu, melihat bintang-bintang yang bertaburan di langit sambil berbicara tentang masa depan, dan banyak lagi yang ingin kulakukan bersamamu. Hanya bersamamu saja.


Entah sampai kapan pikiranku selalu terikat oleh bayangan wajahmu yang semakin kuat menghantui pikiranku. Semakin dalam semakin kuat. Meski harus kutelusuri ribuan kilometer jalan yang kutempuh hanya untuk mengikutimu, mengikuti langkahmu. Aku ingin selalu bersamamu hingga ujung waktu yang telah dijanjikan oleh Sang Penguasa Kehidupan. Sampai kapan pun. Sampai mati. Walau banyak rintangan yang menghadang, akan kudobrak rintangan itu bersamamu dan biarkan kami bersama sampai mati. Sampai mati. Sampai semua tak hidup lagi.

Mati bukanlah sesuatu yang kutakutkan. Tapi aku tak ingin mati sekarang, karena aku belum puas bersamamu. Biarkan aku mati setelah aku puas bersamamu, tapi ternyata takpernah kurasa puas ada dalam hatiku. Semakin lama bayanganmu semakin kuat bermain di pikiranku entah sampai kapan. Mungkin esok, lusa, tahun depan, sampai perubahan musim yang membawa angin kehidupan baru. Sampai burung-burung takberkicau lagi. Sampai mentari taklagi menyinari pagi. Sampai waktu taklagi berjalan. Aku ingin bersamanya.

Apa lagi yang harus kukatakan untuk membuktikan sayangku?

Kita memang tak pernah sadar, bahwa kita sebenarnya telah terikat oleh sebuah perasaan yang sama. Namun kita enggan menyentuh perasaan itu entah mengapa. Apakah kita memang egois untuk berusaha jujur tentang perasaan itu atau kita masih kanak-kanak untuk membicarakan itu. Entahlah. Kita memang terperangkap, mungkin oleh cinta. Ya cinta, sebuah perasaan aneh yang sebenarnya manis untuk dijalani. Apakah kita memang dijerat oleh cinta? Pertanyaan ini dapat kita jawab hanya dalam hati kita.

Cinta memang indah, namun hati-hati cinta dapat membuat kita lupa akan segalanya. Cinta juga yang bisa membuat kita mati. Mati secara perlahan-lahan dan takpernah kita sadari bahwa kita telah mati. Memang mencintai dan dicintai adalah sesuatu hal yang menjadi kodrat manusia, tetapi aku tak ingin ketika mencintai dirimu, aku takbisa lagi melihat semua yang indah yang pernah aku lihat dulu. Maksudku, aku memang mencintai dirimu tetapi tidak secara berlebihan. Aku ingin mencintaimu secara sederhana saja seperti penyair*) itu tuliskan dalam sajaknya. Penyair yang kita kagumi. Dengan mencintaimu secara sederhana, itulah keinginan terbesarku yang telah aku idam-idamkan padamu. Kau jangan khawatir akan cintaku, meskipun sederhana cintaku ini utuh dan tulus. Tulus seperti mentari yang selalu menghangatkan pagi. Tulus seperti bintang yang menghiasi langit malam yang membuat malam menjadi indah di dalam gelapnya.

Jika kau bertanya padaku, ketika kau akan dilahirkan kembali ke dunia ini nanti setelah kita mati kau akan menjadi apa? Aku akan menjawab pertanyaanmu dengan sangat sederhana, aku ingin menjadi senja yang berkilauan. Mengapa aku memilih senja? Karena senja adalah saat-saat yang penuh dengan kemilau dan keindahan. Meski ia hanya sebentar saja menyinari dunia dan hilang menjadi gelap, aku tak peduli. Saat-saat seperti inilah yang akan dikenang oleh semua orang. Ia akan dirindukan orang untuk kembali menyinari dunia esok harinya. Karena itulah aku ingin menjadi senja. Walau aneh kedengarannya.

Tolong, jangan biarkan aku tertidur malam ini. Aku ingin bersamamu melupakan semua penat yang telah terjadi hari ini. Sejenak saja aku ingin bersandar di bahumu menikmati kehangatan dari dirimu yang mungkin saja tak akan kurasakan lagi. Sebelum kau menjelma menjadi butir-butir dan hilang di udara. Sebelum angin malam membawamu pergi. Sebelum pagi menghapusmu dan embun kan membasahi tubuhmu, jangan biarkan aku tertidur malam ini. Siapa tahu jika aku tertidur, aku tak akan terbangun lagi selamanya. Hal itulah yang membuatku mual. Tolong lakukan pintaku, karena aku menyayangimu.

Entah sampai kapan pikiranku selalu terikat oleh bayangan wajahmu yang semakin kuat menghantui pikiranku. Semakin dalam semakin kuat. Meski harus kutelusuri ribuan kilometer jalan yang kutempuh hanya untuk mengikutimu, mengikuti langkahmu. Aku ingin selalu bersamamu hingga ujung waktu yang telah dijanjikan oleh Sang Penguasa Kehidupan. Sampai kapanpun. Sampai mati. Walau banyak rintangan yang menghadang, akan kudobrak rintangan itu bersamamu dan biarkan kami bersama sampai mati. Sampai mati. Sampai semua tak hidup lagi.






*) penyair Sapardi Djoko Damono













Jatinangor, 15 Oktober 2008

2 comments: