Tolong jangan biarkan aku tertidur malam ini. Biarkan aku terjaga melihat dunia di bawahku sambil mendengarkan cerita-ceritamu tentang semesta.
Aku ingin mataku selalu membuka dan terus melihat parasmu yang
menenteramkan hatiku. Aku takut ketika aku pejamkan mataku hanya sedetik saja,
aku takakan melihat indah dunia lagi selamanya. Aku masih ingin hidup
bersamamu, mereguk nikmat yang kata orang dinamakan cinta dan itu sungguh indah
takmungkin dilupakan. Aku masih ingin melihatmu, menggenggam tanganmu,
memelukmu, mendengarkan suaramu, menangkap makna di kedua bola matamu,
melantunkan melodi malam lewat merdu suaramu, melihat bintang-bintang yang
bertaburan di langit sambil berbicara tentang masa depan, dan banyak lagi yang
ingin kulakukan bersamamu. Hanya bersamamu saja.
Entah sampai kapan pikiranku selalu terikat oleh
bayangan wajahmu yang semakin kuat menghantui pikiranku. Semakin dalam semakin
kuat. Meski harus kutelusuri ribuan kilometer jalan yang kutempuh hanya untuk
mengikutimu, mengikuti langkahmu. Aku ingin selalu bersamamu hingga ujung waktu
yang telah dijanjikan oleh Sang Penguasa Kehidupan. Sampai kapan pun. Sampai
mati. Walau banyak rintangan yang menghadang, akan kudobrak rintangan itu
bersamamu dan biarkan kami bersama sampai mati. Sampai mati. Sampai semua tak
hidup lagi.
Mati bukanlah sesuatu yang kutakutkan. Tapi aku tak
ingin mati sekarang, karena aku belum puas bersamamu. Biarkan aku mati setelah
aku puas bersamamu, tapi ternyata takpernah kurasa puas ada dalam hatiku.
Semakin lama bayanganmu semakin kuat bermain di pikiranku entah sampai kapan.
Mungkin esok, lusa, tahun depan, sampai perubahan musim yang membawa angin
kehidupan baru. Sampai burung-burung takberkicau lagi. Sampai mentari taklagi menyinari
pagi. Sampai waktu taklagi berjalan. Aku ingin bersamanya.
Apa lagi yang harus kukatakan untuk membuktikan
sayangku?
Kita memang tak pernah sadar, bahwa kita sebenarnya
telah terikat oleh sebuah perasaan yang sama. Namun kita enggan menyentuh
perasaan itu entah mengapa. Apakah kita memang egois untuk berusaha jujur
tentang perasaan itu atau kita masih kanak-kanak untuk membicarakan itu.
Entahlah. Kita memang terperangkap, mungkin oleh cinta. Ya cinta, sebuah
perasaan aneh yang sebenarnya manis untuk dijalani. Apakah kita memang dijerat
oleh cinta? Pertanyaan ini dapat kita jawab hanya dalam hati kita.
Cinta memang indah, namun hati-hati cinta dapat membuat
kita lupa akan segalanya. Cinta juga yang bisa membuat kita mati. Mati secara
perlahan-lahan dan takpernah kita sadari bahwa kita telah mati. Memang mencintai
dan dicintai adalah sesuatu hal yang menjadi kodrat manusia, tetapi aku tak
ingin ketika mencintai dirimu, aku takbisa lagi melihat semua yang indah yang
pernah aku lihat dulu. Maksudku, aku memang mencintai dirimu tetapi tidak
secara berlebihan. Aku ingin mencintaimu secara sederhana saja seperti
penyair*) itu tuliskan dalam sajaknya. Penyair yang kita kagumi. Dengan
mencintaimu secara sederhana, itulah keinginan terbesarku yang telah aku
idam-idamkan padamu. Kau jangan khawatir akan cintaku, meskipun sederhana
cintaku ini utuh dan tulus. Tulus seperti mentari yang selalu menghangatkan
pagi. Tulus seperti bintang yang menghiasi langit malam yang membuat malam
menjadi indah di dalam gelapnya.
Jika kau bertanya padaku, ketika kau akan dilahirkan
kembali ke dunia ini nanti setelah kita mati kau akan menjadi apa? Aku akan
menjawab pertanyaanmu dengan sangat sederhana, aku ingin menjadi senja yang
berkilauan. Mengapa aku memilih senja? Karena senja adalah saat-saat yang penuh
dengan kemilau dan keindahan. Meski ia hanya sebentar saja menyinari dunia dan
hilang menjadi gelap, aku tak peduli. Saat-saat seperti inilah yang akan
dikenang oleh semua orang. Ia akan dirindukan orang untuk kembali menyinari
dunia esok harinya. Karena itulah aku ingin menjadi senja. Walau aneh
kedengarannya.
Tolong, jangan biarkan aku tertidur malam ini. Aku ingin
bersamamu melupakan semua penat yang telah terjadi hari ini. Sejenak saja aku
ingin bersandar di bahumu menikmati kehangatan dari dirimu yang mungkin saja
tak akan kurasakan lagi. Sebelum kau menjelma menjadi butir-butir dan hilang di
udara. Sebelum angin malam membawamu pergi. Sebelum pagi menghapusmu dan embun
kan membasahi tubuhmu, jangan biarkan aku tertidur malam ini. Siapa tahu jika
aku tertidur, aku tak akan terbangun lagi selamanya. Hal itulah yang membuatku
mual. Tolong lakukan pintaku, karena aku menyayangimu.
Entah sampai kapan pikiranku selalu terikat oleh
bayangan wajahmu yang semakin kuat menghantui pikiranku. Semakin dalam semakin
kuat. Meski harus kutelusuri ribuan kilometer jalan yang kutempuh hanya untuk
mengikutimu, mengikuti langkahmu. Aku ingin selalu bersamamu hingga ujung waktu
yang telah dijanjikan oleh Sang Penguasa Kehidupan. Sampai kapanpun. Sampai
mati. Walau banyak rintangan yang menghadang, akan kudobrak rintangan itu
bersamamu dan biarkan kami bersama sampai mati. Sampai mati. Sampai semua tak
hidup lagi.
*) penyair Sapardi Djoko Damono
Jatinangor, 15 Oktober 2008
bagus..sy sangat menikmati tulisan2mu :)
ReplyDeleteTerima kasih :), jangan bosen ya? :)
ReplyDelete