Sedikit sekali orang yang menghargai sebuah pertemuan....
Beberapa jam yang lalu kita mengalami sebuah pertemuan.
Biasa saja. Tetapi, beberapa jam kemudian, kita harus merelakan pertemuan itu
berakhir dengan perpisahan. Penuh makna. Lalu, kita akan mengenangnya dalam
ingatan, dan memaki dalam hati mengapa pertemuan tersebut teramat singkat
dilakukan. Seperti biasa, perpisahan selalu disertai dengan kesedihan dan
penyesalan yang dalam.
Pernahkah terpikir oleh logika bahwa pertemuan itu tidak
selamanya terjadi? Dan pernahkah terpikir oleh logika bahwa justru
perpisahanlah yang paling sering kita jumpai? Perpisahan hanya beda sepersekian
detik lajunya dengan pertemuan. Begitu pertemuan tiba, maka perpisahan akan
selalu menunggu di ujung waktu. Tidak ada yang abadi.
Terkadang kita seperti seekor semut, bertemu sekadar
mengucap salam dan berjabat tangan, lantas setelah itu pergi. Terkadang kita
pun seperti seekor komodo, bertemu untuk mengadu kekuatan diri dan
mempertahankan wilayah kekuasaannya, lantas ada satu pihak yang kalah dan
tertindas.
Lalu, apakah kita harus selalu mengalami pertemuan seperti
itu? Apakah kita harus selalu melupakan hakikat dari pertemuan itu sendiri? Banyak
orang yang melakukan perbincangan tentang hakikat pertemuan dalam sebuah pertemuan
yang hambar dan tanpa makna. Lalu di akhir perbincangan, orang akan berpisah
dan melupakan apa yang didengar dalam pertemuan tersebut, yakni hakikat
pertemuan.
Menurut sebagian orang, melakukan pertemuan berarti harus
menunggu seseorang yang akan kita temui tiba. Terkadang menunggu tersebut
memakan waktu yang cukup lama, sehingga banyak orang yang tidak sabar menunggu
dan sangat sedikit orang yang menganggap bahwa menunggu adalah kegiatan yang
menyenangkan. Bagi mereka yang membenci menunggu, waktu adalah barang langka
yang harus dijaga dan digunakan seefektif mungkin. Maka, mereka pun akan memanfaatkan
waktu mereka dengan hal-hal yang pasti dan menjauhi hal-hal yang tidak pasti,
seperti menunggu.
Sejatinya, pertemuan adalah sebuah hal yang tidak bisa
dilepaskan dalam hidup ini. Kita akan selalu mengalami sebuah pertemuan dengan
apa saja. Bahkan kita akan bertemu dengan kematian itu sendiri, yang berarti
sebuah perpisahan dengan kehidupan. Hmm, pertemuan yang berarti perpisahan. Dan
memang hakikat pertemuan ialah jalan menuju ke perpisahan itu sendiri.
Maka, maknailah sebuah pertemuan dengan sebaik mungkin,
karena—siapa tahu—kita malah tidak akan menghadapi pertemuan itu kembali. Jangan
juga lari dari pertemuan itu, karena pada dasarnya kita akan selalu mengalami
pertemuan, meskipun kita tidak mau mengharapkannya.
***
Beberapa jam yang lalu aku bertemu denganmu di sebuah taman
yang sepi. Kita bertemu, berbincang, tertawa, memegang tangan, dan berjalan
mengitari taman seolah menjadi sebuah rutinitas yang rutin dilakukan. Namun,
kita sadar, kita hanya ditakdirkan bertemu sekejap dan lantas kembali menjadi
manusia dengan aktivitas berbeda. Bukan tidak mungkin esok kita sudah bukan
menjadi sesiapa lagi.
Di kota ini, segalanya begitu mudah menjadi tua. Namun,
kutahu kau selalu muda untuk mengharapkan pertemuan selanjutnya. Begitulah,
pertemuan demi pertemuan beranak pinak dan membentuk sebuah sungai menuju
muara, meskipun perpisahan selalu menghalangi kebebasan kita. Namun, kita
selalu menyikapinya dengan bijak, bukan dengan penyesalan ataupun caci maki.
Jatinangor, 14 Agustus 2012
No comments:
Post a Comment