Pertemuan
saya dengan Abah agaknya tidak akan terjadi apabila saya tidak memutuskan untuk
mampir sejenak dari perjalanan pagi menuju kantor. Di sudut toko waralaba di
samping Kampus IPDN, ia duduk, berkemeja lusuh dan bersendal jepit. Sedang di
depannya satu boks dagangan kue Moci yang terisi setengah. Setiap orang yang
masuk ke toko tersebut, ia lemparkan senyum sambil menawarkan dagangan.
Pagi
itu takbanyak orang yang berbelanja. Ia duduk di lantai yang usang oleh debu.
Sementara di halaman toko terjejer kursi-kursi berikut meja yang sering
digunakan pengunjung untuk mengobrol, ngopi, atau nongkrong.
Saya
mampir ke toko tersebut untuk membeli roti, air mineral, dan rokok. Saya
parkirkan motor butut saya persis di samping Abah yang sedang duduk. Senyumnya
mengembang ketika melihat saya memarkir motor. Dengan suaranya yang pelan dan
parau ia pun menawarkan dagangannya kepada saya.