Sunday, 1 January 2012

PERAYAAN TAHUN BARU

Tahun baru telah tiba…
Orang-orang berduyun-duyun, turun ke jalan, turun ke seantero tempat-tempat ramai. Menyalakan petasan dan kembang api, meniup terompet yang memekakkan telinga, berpesta pora menyambut detik-detik pergantian tahun. Bahagia, seolah-olah mereka terkekang di tahun-tahun yang lama. Euforia, seperti orang-orang Afrika Selatan yang bahagia ketika politik Apartheid dihapuskan. Tua muda laki perempuan, semua bergumul dalam perayaan malam yang gilang gemilang seperti ketika Tembok Berlin dihancurkan di Jerman.
Langit malam menjadi benderang. Semua penuh dengan bunga-bunga api yang menari-nari. Tidak peduli meski hujan, kembang api itu akan tetap menyala dan menari-nari mengalahkan rintik hujan yang membasahi masing-masing kepala yang melihatnya. Jalanan macet, khas perayaan tahun baru. Di kota Bandung sendiri, polisi sibuk mengatur lalu lintas. Orang-orang dari luar kota sengaja datang ke Bandung untuk merayakan euforia bersama-sama warga Bandung lainnya (gara-gara mereka pula, aku jadi tidak bisa keluar rumah, maceeeetttt).
Mereka menganggap tahun baru Masehi layak untuk dirayakan, karena mereka selalu berharap akan ada sesuatu yang baru yang kelak mereka dapatkan di Tahun yang baru (meski terkadang “baru” itu tidak bersifat absolut). Orang kaya dan orang miskin sealalu mempunyai harapan yang sama, yakni mendapat rezeki yang bagus daripada tahun-tahun sebelumnya.
Ketika tahun baru tiba, orang-orang selalu menganggap bahwa tahun sebelumnya adalah tahun yang selalu ada kekurangan. Mereka akan merayakan pergantian tahun yang baru dan segera akan melupakan tahun yang baru itu ketika tahun yang lebih baru lagi akan datang. Apakah memang pada tahun yang baru selalu akan ada sesuatu yang baru? Yeah, itu hanya sebatas harapan. Manusia akan selalu berharap, betul kan?
Tahun baru adalah satu Januari, setidaknya itu menurut sistem penanggalan Masehi. Menurut kepercayaan Nasrani, sudah 2012 tahun Tuhan Yesus (Isa) dilahirkan di sebuah kandang. Setidaknya itu menurut kepercayan mereka. Dengan lahirnya Isa, maka saat itu pula dinyatakan sebagai Tahun Masehi, dan sebelum Isa lahir dinamakan tahun sebelum Masehi yang dalam bahasa Inggris disebut BC (Before Christ). Hal ini tentunya berbeda dengan pandangan agama Islam. Nabi Isa as. dilahirkan dari rahim Maryam di sebuah pohon kurma. Atas mukjizat Allah swt, Maryam yang tidak punya suami itu bisa melahirkan Isa yang kelak akan membawa rahmat bagi bangsa Bani Israil (ups, saya tidak sedang memperdebatkan agama lho!).
Kembali ke tahun Masehi, kemunculan tahun Masehi ini merupakan tonggak berkembangnya sebuah peradaban manusia setelah mereka mengenal tulisan. Manusia berkembang dan terus berkembang, beregenerasi hingga akhirnya sampai ke zaman kita (2012). Apakah pada zaman dahulu orang-orang juga merayakan pergantian tahun juga? Itu masalahnya.
Orang-orang zaman kekinian akan selalu merayakan saat-saat pergantian tahun. Itu manusiawi. Orang-orang zaman sekarang lebih menyukai euforia, kemeriahan, dan keramaian. Ketika ada hari-hari besar tertentu, mereka akan selalu merayakannya karena itu adalah wujud penghormatan. Bagi mereka, manusia harus selalu bersyukur masih diberi waktu sampai saat ini, sampai saat-saat pergantian tahun itu tiba.
Masalahnya, orang-orang bereuforia akan melakukan hal-hal apa saja. Orang-orang menyalakan petasan, pasangan muda-mudi akan saling memeluk dan mencium demi menguatkan cinta mereka di tahun yang akan datang. Anak-anak dipaksa bergadang. Bagaimana jika mereka tiba-tiba meninggal ketika perayaan itu sedang berlangsung? Apakah saudara-saudaranya yang lain masih akan bereuforia?
Manusia melupakan makna hakiki dari pergantian tahun baru itu, yakni tahun baru merupakan ajang untuk memperbaiki hati, pikiran, dan karakter kita. Jangan sampai di tahun baru esok kita masih berbuat kesalahan yang sama, dan masih akan terus mengulangi kebodohan yang sama. Jika masih seperti itu, itu bukan tahun baru Bung!
Tidak ada salahnya kita merayakan. Tidak ada salahnya kita berbahagia menyongsong tahun yang baru. Dan tentu saja tidak ada salahnya untuk mengubah sikap dan berpikir jauh ke depan sejauh kembang api yang dilepaskan ke langit menari-nari nun jauh di angkasa sana.
Selamat mengakrabi makna hakiki dari sebuah kehidupan di tahun yang baru. Selamat Tahun Baru 2012. 
Sambil melihat parade kembang api, 31 Desember—01 Januari 2012

No comments:

Post a Comment