HUJAN
Gambar : klik
Tik
tik tik, bunyi hujan di atas genting
Airnya
turun tidak terkira
Cobalah
tengok, dahan dan ranting
Pohon
dan kebun basah semua…
I
Hujan
adalah salah satu peristiwa alam yang banyak membawa rezeki bagi manusia. Tuhan
mengutus malaikat pembawa rezeki untuk menurunkan rezekiNya kepada manusia
berupa titik-titik air yang jatuh dari langit. Oleh karena itu, semestinya
manusia tidak perlu menggerutu ketika tiba-tiba hujan turun. Tuhan sedang melimpahkan
rahmatNya bagi semua manusia yang daerahnya dirundung hujan.
Manusia
seringkali menggerutu apa yang telah diberikan Tuhan. Hujan dianggap oleh
mereka sebagai penghambat beraktivitas. Seseorang yang sudah berpakaian rapi,
tercium wangi parfum di baju dan tubuhnya serta siap keluar rumah untuk kencan
dengan kekasihnya. Namun, ketika ia bersiap keluar, tiba-tiba hujan turun dan
membuyarkan rencananya. Pernahkah Anda memiliki pengalaman seperti itu?
Pernahkah rencana Anda yang sudah tersusun rapi dan siap dilaksanakan tiba-tiba
gagal hanya karena hujan turun? Ya, setiap manusia dalam kehidupannya selalu
berurusan dengan hujan, sebab hujan sendiri pun diperuntukkan bagi
kesejahteraan semesta alam.
Manusia
terlalu banyak memaki hujan. Setiap hujan turun, manusia selalu bilang, “Ah,
kok turun hujan?”, atau, “Yah hujan, gagal deh jalan hari ini..”, berarti Anda
belum mensyukuri karunia dan rezeki yang sudah diberikan Tuhan. Maka Tuhan akan
hentikan turunnya rezeki, dan Tuhan berikan kemarau yang berkepanjangan. Jika
sudah seperti itu, manusia pun meminta Tuhan untuk menurunkan hujan. Itulah
ironi yang dibuat Tuhan kepada manusia.
Hujan
adalah rezeki, hujan adalah rahmat. Tidak ada hujan, semesta pun tidak akan
tumbuh dan memberikan manfaat bagi manusia. Namun, bagaimana jika ternyata
hujan yang turun malah menimbulkan bencana dan permasalahan bagi manusia? Hal
itulah yang akan kita bicarakan dalam tulisan ini.
II
Berbicara
mengenai hujan, maka kita pun tidak akan bisa terlepas dari pertanyaan dasar
tentang bagaimana asal-muasal turunnya hujan? Pertanyaan tersebut kini sudah
menjadi klise, sebab banyak sekali penjelasan-penjelasan yang telah diberikan
mengenai siklus hujan. Tengok saja di internet sudah banyak situs yang
menceritakan tentang proses hujan. Dalam suasana belajar mengajar di akademi
pun kita pasti sudah dibekali materi tentang proses turunnya hujan.
Ya,
hujan adalah hasil dari presipitasi udara dan uap air di atmosfer sana.
Takheran jika di dunia ini kita mengenal ada peristiwa hujan, embun, kabut, dan
salju. Peristiwa-peristiwa tersebut merupakan hasil-hasil dari presipitasi
udara di atmosfer sana. Presipitasi tersebut sangat dipengaruhi oleh iklim.
Oleh karena itu, di Indonesia yang memiliki iklim tropis, hasil presipitasi
tersebut lebih banyak berupa hujan, embun, dan kabut.
Hujan
pada dasarnya turun untuk menyuburkan tanaman. Jika tanah sudah terlalu lama
tidak diairi, secara perlahan tanah tersebut menjadi kering dan tidak bisa
ditanami tanaman karena kurangnya sumber air di dalamnya. Turunnya hujan
merupakan antisipasi untuk selalu menyuburkan tanah dari kekeringan. Hujan itu
sendiri merupakan sebuah siklus yang konsisten, yakni berasal dari uap air yang
menguap dari darat, lalu turun kembali ke bumi—sebagian diserap tanah dan
sebagian lagi menjadi genangan-genangan air, lalu kembali menguap dan kembali
turun ke bumi, dan begitulah seterusnya.
Siklus
tersebut akan berjalan normal apabila dibantu oleh angin musim dan iklim yang
normal. Namun, dewasa ini angin musim tidak lagi bertiup normal. Iklim pun
mengalami krisis, yang lebih dikenal dengan sebutan pancaroba. Penyebabnya?
Rusaknya lapisan atmosfer akibat pemansan global yang terlalu besar. Manusia
begitu berpengaruh sebagai penyebab dari perubahan iklim yang menjadi tidak
stabil ini.
Di
Indonesia, waktu turunnya hujan berkisar antara bulan September sampai Maret
sehingga pada kurun bulan tersebut Indonesia mengenal adanya musim hujan.
Namun, kini rentan waktu musim tersebut sudah tidak bisa diprediksi lagi.
Perubahan iklim yang signifikan menyebabkan musim pun sudah tidak berjalan
dengan waktu yang biasa diprediksi. Hal ini menyebabkan Indonesia menjadi
negara yang sering mengalami bencana, akibat perubahan iklim dan musim yang
membuncah.
Tengok
saja dewasa ini, hujan selalu menyebabkan bencana yang signifikan di Indonesia,
mulai dari banjir, tanah longsor, angin puting beliung, sawah fuso, abrasi
laut, hingga kecelakaan lalu lintas akibat banyaknya pohon-pohon yang tumbang
akibat hujan. Hujan yang berintensitas yang tinggi sudah tidak membawa rezeki
lagi bagi manusianya.
Sementara
itu, musim kemarau pun tidak kalah dengan hujan. Ketika musim kemarau,
Indonesia langganan kekeringan, sulitnya air, kebakaran hutan, kelaparan, serta
banyaknya manusia yang mengeluh karena udara menjadi terlampau panas.
Begitulah
kenyataan yang terjadi di Indonesia. Turunnya hujan menjadi terlampau berbahaya
untuk ditunggu kedatangannya. Namun, kemarau pun menjadi terlampau berat untuk
dihadapi. Lantas, bagaimanakah cara untuk merehabilitasi “amarah” masing-masing
musim agar menjadi reda dan kembali seperti sedia kala? Hal ini tentunya harus
disadari oleh seluruh bangsa Indonesia, bukan hanya pemerintah dan instansi
yang terkait.
Menjaga
ekosistem alam adalah salah satu upaya yang mesti dilakukan oleh masing-masing
individu. Kerusakan alam di Indonesia pada khususnya sudah terlalu parah.
Manusia tidak sungkan-sungkan membakar lahan di bukit demi kepentingan
hidupnya. Namun, saya agaknya pesimis bahwa kelangsungan alam Indonesia akan
kembali menjadi sedia kala. Adakalanya ada hal yang lebih penting selain alam,
yaitu uang dan keakayaan.
III
Punyakah
kita kenangan yang manis ketika hujan turun? Mungkin di masa kecil Anda
turunnya hujan selalu Anda lewatkan dengan bermain dengan titik-titik air
hujan. Anda akan basah kuyup diguyur hujan, namun Anda akan merasa bahagia
sekali. Tidak peduli larangan orang tua, dan ketakutan akan tersengat petir. Bagi
Anda, turunnya hujan adalah masa-masa indah yang tidak mungkin dilewatkan
begitu saja.
Bagi
yang memiliki pasangan, terkadang hujan adalah saat-saat romantis bagi setiap
pasangan. Oleh karena itu, tidak heran bila ada sepasang kekasih yang
berlari-lari mesra ketika hujan turun, dan menjadikan kenangan yang indah
ketika diingat. Oleh karena itu, kita jangan heran bila melihat orang menjadi
puitis ketika hujan. Kenangan indah yang terjadi ketika hujan pun banyak
diabadikan oleh penyair dalam puisi-puisi yang bertemakan tentang hujan.
Hal
lainnya adalah pernahkah Anda merasakan aroma hujan? Ketika hujan turun selalu
tercium aroma yang khas dan menyenangkan. Bau tanah basah, begitu kata
orang-orang ketika mencium aroma hujan. Aroma tersebut berasal dari aroma
petrikor, sebuah minyak yang dihasilkan oleh tumbuh-tumbuhan yang diserap oleh
tanah dan bebatuan, lalu dilepas ke udara selama hujan berlangsung. Aroma
petrikor itulah yang menyebabkan orang akan merasa bahagia ketika hujan turun.
Aroma yang hanya muncul kala hujan, sehingga bila kita ingin mencium aroma
tersebut kita harus menunggu hujan itu turun.
Dalam
beberapa penelitian, para ahli psikologi mengungkapkan bahwa mendengar bunyi
hujan akan menenangkan pikiran dan syaraf. Bagi beberapa musisi, bunyi hujan
adalah nada alam yang tidak bisa ditandingi keindahannya. Beberapa budaya di
dunia pun menjadikan hujan sebagai pedoman hidup mereka, sumber rezeki, serta
cara yang paling baik mendekatkan diri kepada Tuhan. Dalam agama Islam pun,
turunnya hujan merupakan bentuk penyucian bagi manusia, penurunan rezeki bagi
semesta, bentuk perlindungan dari gangguan-gangguan syaitan, serta sarana untuk
memperteguh hati dan pikrian (Quran Surat Al-Anfal ayat 11).
Segala
macam hal yang indah bisa terjadi ketika hujan, maka itu baru yang namanya
rezeki. Rezeki yang diturunkan bukan berarti akan turun hujan uang. Bila kita
merasa tenang dan bahagia ketika turun hujan, maka kita sudah mendapatkan
rezeki ketika hujan tersebut turun. Tuhan menurunkan rezeki yang beragam yang
semua orang akan menerima tanpa lebih atau kurang. Rezeki tersebut terasa atau
tidak bila kita menyadari dan mensyukuri ketika turun hujan. Banyak bersyukur
maka rezeki pun meluncur.
Itulah
makna hujan. Hujan adalah peristiwa alam yang mempunyai nilai estetika yang tinggi.
Kekayaan melimpah yang tidak pernah disadari oleh manusia. Karena
ketidaksadaran tersebut, hujan pun seringkali marah melihat sikap manusia yang
sombong dan tidak tahu terima kasih. Maka hujan pun turun bukan lagi menjadi
rezeki, tetapi menjadi bencana yang mampu merusak takhanya manusia, alam
semesta pun ikut-ikutan hancur. Bila manusia marah, kita masih bisa
menenangkannya, namun bila alam yang marah siapa yang mampu menenangkannya
kecuali Tuhan? Tuhan pun tentunya tidak mau begitu saja menenangkan amarah alam
bila manusianya masih sombong dan terus-terusan merusak alam.
Tik
tik tik bunyi hujan di atas genting
Airnya
turun tidak terkira
Cobalah
tengok, lahan yang banjir
Sawah
dan rumah terendam semua…
Selamat
menikmati hujan. Jangan takut, hujan itu membawa kebahagiaan untukmu.
Bandung, 14 Februari 2012
21.42
No comments:
Post a Comment