Tuesday, 14 February 2012

HUJAN


HUJAN

Gambar : klik
Tik tik tik, bunyi hujan di atas genting
Airnya turun tidak terkira
Cobalah tengok, dahan dan ranting
Pohon dan kebun basah semua
I
Hujan adalah salah satu peristiwa alam yang banyak membawa rezeki bagi manusia. Tuhan mengutus malaikat pembawa rezeki untuk menurunkan rezekiNya kepada manusia berupa titik-titik air yang jatuh dari langit. Oleh karena itu, semestinya manusia tidak perlu menggerutu ketika tiba-tiba hujan turun. Tuhan sedang melimpahkan rahmatNya bagi semua manusia yang daerahnya dirundung hujan.
Manusia seringkali menggerutu apa yang telah diberikan Tuhan. Hujan dianggap oleh mereka sebagai penghambat beraktivitas. Seseorang yang sudah berpakaian rapi, tercium wangi parfum di baju dan tubuhnya serta siap keluar rumah untuk kencan dengan kekasihnya. Namun, ketika ia bersiap keluar, tiba-tiba hujan turun dan membuyarkan rencananya. Pernahkah Anda memiliki pengalaman seperti itu? Pernahkah rencana Anda yang sudah tersusun rapi dan siap dilaksanakan tiba-tiba gagal hanya karena hujan turun? Ya, setiap manusia dalam kehidupannya selalu berurusan dengan hujan, sebab hujan sendiri pun diperuntukkan bagi kesejahteraan semesta alam.
Manusia terlalu banyak memaki hujan. Setiap hujan turun, manusia selalu bilang, “Ah, kok turun hujan?”, atau, “Yah hujan, gagal deh jalan hari ini..”, berarti Anda belum mensyukuri karunia dan rezeki yang sudah diberikan Tuhan. Maka Tuhan akan hentikan turunnya rezeki, dan Tuhan berikan kemarau yang berkepanjangan. Jika sudah seperti itu, manusia pun meminta Tuhan untuk menurunkan hujan. Itulah ironi yang dibuat Tuhan kepada manusia.
Hujan adalah rezeki, hujan adalah rahmat. Tidak ada hujan, semesta pun tidak akan tumbuh dan memberikan manfaat bagi manusia. Namun, bagaimana jika ternyata hujan yang turun malah menimbulkan bencana dan permasalahan bagi manusia? Hal itulah yang akan kita bicarakan dalam tulisan ini.

II
Berbicara mengenai hujan, maka kita pun tidak akan bisa terlepas dari pertanyaan dasar tentang bagaimana asal-muasal turunnya hujan? Pertanyaan tersebut kini sudah menjadi klise, sebab banyak sekali penjelasan-penjelasan yang telah diberikan mengenai siklus hujan. Tengok saja di internet sudah banyak situs yang menceritakan tentang proses hujan. Dalam suasana belajar mengajar di akademi pun kita pasti sudah dibekali materi tentang proses turunnya hujan.
Ya, hujan adalah hasil dari presipitasi udara dan uap air di atmosfer sana. Takheran jika di dunia ini kita mengenal ada peristiwa hujan, embun, kabut, dan salju. Peristiwa-peristiwa tersebut merupakan hasil-hasil dari presipitasi udara di atmosfer sana. Presipitasi tersebut sangat dipengaruhi oleh iklim. Oleh karena itu, di Indonesia yang memiliki iklim tropis, hasil presipitasi tersebut lebih banyak berupa hujan, embun, dan kabut.
Hujan pada dasarnya turun untuk menyuburkan tanaman. Jika tanah sudah terlalu lama tidak diairi, secara perlahan tanah tersebut menjadi kering dan tidak bisa ditanami tanaman karena kurangnya sumber air di dalamnya. Turunnya hujan merupakan antisipasi untuk selalu menyuburkan tanah dari kekeringan. Hujan itu sendiri merupakan sebuah siklus yang konsisten, yakni berasal dari uap air yang menguap dari darat, lalu turun kembali ke bumi—sebagian diserap tanah dan sebagian lagi menjadi genangan-genangan air, lalu kembali menguap dan kembali turun ke bumi, dan begitulah seterusnya.
Siklus tersebut akan berjalan normal apabila dibantu oleh angin musim dan iklim yang normal. Namun, dewasa ini angin musim tidak lagi bertiup normal. Iklim pun mengalami krisis, yang lebih dikenal dengan sebutan pancaroba. Penyebabnya? Rusaknya lapisan atmosfer akibat pemansan global yang terlalu besar. Manusia begitu berpengaruh sebagai penyebab dari perubahan iklim yang menjadi tidak stabil ini.
Di Indonesia, waktu turunnya hujan berkisar antara bulan September sampai Maret sehingga pada kurun bulan tersebut Indonesia mengenal adanya musim hujan. Namun, kini rentan waktu musim tersebut sudah tidak bisa diprediksi lagi. Perubahan iklim yang signifikan menyebabkan musim pun sudah tidak berjalan dengan waktu yang biasa diprediksi. Hal ini menyebabkan Indonesia menjadi negara yang sering mengalami bencana, akibat perubahan iklim dan musim yang membuncah.
Tengok saja dewasa ini, hujan selalu menyebabkan bencana yang signifikan di Indonesia, mulai dari banjir, tanah longsor, angin puting beliung, sawah fuso, abrasi laut, hingga kecelakaan lalu lintas akibat banyaknya pohon-pohon yang tumbang akibat hujan. Hujan yang berintensitas yang tinggi sudah tidak membawa rezeki lagi bagi manusianya.
Sementara itu, musim kemarau pun tidak kalah dengan hujan. Ketika musim kemarau, Indonesia langganan kekeringan, sulitnya air, kebakaran hutan, kelaparan, serta banyaknya manusia yang mengeluh karena udara menjadi terlampau panas.
Begitulah kenyataan yang terjadi di Indonesia. Turunnya hujan menjadi terlampau berbahaya untuk ditunggu kedatangannya. Namun, kemarau pun menjadi terlampau berat untuk dihadapi. Lantas, bagaimanakah cara untuk merehabilitasi “amarah” masing-masing musim agar menjadi reda dan kembali seperti sedia kala? Hal ini tentunya harus disadari oleh seluruh bangsa Indonesia, bukan hanya pemerintah dan instansi yang terkait.
Menjaga ekosistem alam adalah salah satu upaya yang mesti dilakukan oleh masing-masing individu. Kerusakan alam di Indonesia pada khususnya sudah terlalu parah. Manusia tidak sungkan-sungkan membakar lahan di bukit demi kepentingan hidupnya. Namun, saya agaknya pesimis bahwa kelangsungan alam Indonesia akan kembali menjadi sedia kala. Adakalanya ada hal yang lebih penting selain alam, yaitu uang dan keakayaan.

III
Punyakah kita kenangan yang manis ketika hujan turun? Mungkin di masa kecil Anda turunnya hujan selalu Anda lewatkan dengan bermain dengan titik-titik air hujan. Anda akan basah kuyup diguyur hujan, namun Anda akan merasa bahagia sekali. Tidak peduli larangan orang tua, dan ketakutan akan tersengat petir. Bagi Anda, turunnya hujan adalah masa-masa indah yang tidak mungkin dilewatkan begitu saja.
Bagi yang memiliki pasangan, terkadang hujan adalah saat-saat romantis bagi setiap pasangan. Oleh karena itu, tidak heran bila ada sepasang kekasih yang berlari-lari mesra ketika hujan turun, dan menjadikan kenangan yang indah ketika diingat. Oleh karena itu, kita jangan heran bila melihat orang menjadi puitis ketika hujan. Kenangan indah yang terjadi ketika hujan pun banyak diabadikan oleh penyair dalam puisi-puisi yang bertemakan tentang hujan.
Hal lainnya adalah pernahkah Anda merasakan aroma hujan? Ketika hujan turun selalu tercium aroma yang khas dan menyenangkan. Bau tanah basah, begitu kata orang-orang ketika mencium aroma hujan. Aroma tersebut berasal dari aroma petrikor, sebuah minyak yang dihasilkan oleh tumbuh-tumbuhan yang diserap oleh tanah dan bebatuan, lalu dilepas ke udara selama hujan berlangsung. Aroma petrikor itulah yang menyebabkan orang akan merasa bahagia ketika hujan turun. Aroma yang hanya muncul kala hujan, sehingga bila kita ingin mencium aroma tersebut kita harus menunggu hujan itu turun.
Dalam beberapa penelitian, para ahli psikologi mengungkapkan bahwa mendengar bunyi hujan akan menenangkan pikiran dan syaraf. Bagi beberapa musisi, bunyi hujan adalah nada alam yang tidak bisa ditandingi keindahannya. Beberapa budaya di dunia pun menjadikan hujan sebagai pedoman hidup mereka, sumber rezeki, serta cara yang paling baik mendekatkan diri kepada Tuhan. Dalam agama Islam pun, turunnya hujan merupakan bentuk penyucian bagi manusia, penurunan rezeki bagi semesta, bentuk perlindungan dari gangguan-gangguan syaitan, serta sarana untuk memperteguh hati dan pikrian (Quran Surat Al-Anfal ayat 11).
Segala macam hal yang indah bisa terjadi ketika hujan, maka itu baru yang namanya rezeki. Rezeki yang diturunkan bukan berarti akan turun hujan uang. Bila kita merasa tenang dan bahagia ketika turun hujan, maka kita sudah mendapatkan rezeki ketika hujan tersebut turun. Tuhan menurunkan rezeki yang beragam yang semua orang akan menerima tanpa lebih atau kurang. Rezeki tersebut terasa atau tidak bila kita menyadari dan mensyukuri ketika turun hujan. Banyak bersyukur maka rezeki pun meluncur.
Itulah makna hujan. Hujan adalah peristiwa alam yang mempunyai nilai estetika yang tinggi. Kekayaan melimpah yang tidak pernah disadari oleh manusia. Karena ketidaksadaran tersebut, hujan pun seringkali marah melihat sikap manusia yang sombong dan tidak tahu terima kasih. Maka hujan pun turun bukan lagi menjadi rezeki, tetapi menjadi bencana yang mampu merusak takhanya manusia, alam semesta pun ikut-ikutan hancur. Bila manusia marah, kita masih bisa menenangkannya, namun bila alam yang marah siapa yang mampu menenangkannya kecuali Tuhan? Tuhan pun tentunya tidak mau begitu saja menenangkan amarah alam bila manusianya masih sombong dan terus-terusan merusak alam.

Tik tik tik bunyi hujan di atas genting
Airnya turun tidak terkira
Cobalah tengok, lahan yang banjir
Sawah dan rumah terendam semua…

Selamat menikmati hujan. Jangan takut, hujan itu membawa kebahagiaan untukmu.


Bandung, 14 Februari 2012
21.42

No comments:

Post a Comment