Kematian merupakan misteri yang sampai kapan pun tidak akan pernah
diketahui datangnya oleh manusia. Setiap manusia pasti akan menghadapi
kematian, ruh terlepas dari jasad dan kehidupan di dunia pun berakhir sudah.
Isak tangis kerabat mengantar seseorang ketika kematiannya menjemput. Jerit
kehilangan bergema dalam relung-relung kehidupan pasca kematian itu menjemput
salah seorang di antara kita.
Tidak ada yang tahu kapan kematian tersebut menjemput kita. Seorang
peramal hebat pun belum tentu bisa meramal tentang kematian. Beberapa saat yang
lalu kita bertemu dengan seorang kawan. Ia mungkin terlihat sehat dan bugar,
namun esoknya terdengar kabar bahwa kawan tersebut sudah meninggal. Sering kan
kita mendapati peristiwa seperti itu? Ya, kematian tidak hanya identik dengan
usia tua saja. Bila sudah waktunya, tidak peduli tua muda, tidak peduli sehat
atau sakit, dan tidak peduli manusia siap atau tidak, kematian dating tepat
pada waktunya. Malaikat pencabut nyawa akan mencabut ruh dan membawanya ke alam
tempat manusia pertama kali diciptakan.
Kematian bisa terjadi oleh beberapa hal, bisa sakit, kecelakaan,
pembunuhan, dan lain-lain. Terlepas dari segi teknis, begitu ajalnya tiba
manusia itu akan mati. Manusia tidak bisa menghindari takdir kematiannya.
Setakut apa pun manusia membayangkan datangnya kematian, kematian itu akan
selalu menjemputnya dengan berbagai cara. Meskipun manusia sudah bersikap
hati-hati ketika beraktivitas, atau berusaha melawan ketika ajal tersebut tiba
padanya, tetap saja ia tidak bisa melawan garis Tuhan.
Akhir-akhir ini di Indonesia acapkali ditemui peristiwa-peristiwa tentang
kematian. Mulai dari kematian artis, kematian akibat pembunuhan, serangan
penyakit, bencana alam, atau pun kematian akibat kecelakaan berlalu lintas.
Jumat kemarin kita dikejutkan dengan peristiwa tabrakan bus di daerah Puncak
yang menewaskan lima belas orang. Belum usai peristiwa tersebut, muncul lagi
berita kecelakaan bus di Majalengka yang menewaskan tiga orang. Beberapa saat
sebelumnya, bus terjatuh ke jurang di Sumedang dan menewaskan beberapa orang.
Sebelumnya lagi peristiwa tabrak lari di bilangan Tugu Tani yang menewaskan
sembilan orang. Sebelum-sebelumnya lagi kecelakaan bus “Sumber Kencono” di
daerah Jawa Timur, itu pun kurang lebih menewaskan 20 orang.
Kecelakaan adalah salah satu penyumbang angka kematian terbesar di
Indonesia. Ketika berada di jalan, kita akan selalu dibayang-bayangi kematian.
Meskipun kita sudah menerapkan aturan berkendara yang benar, memakai helm
berstiker SNI, dan menjalankan motor dengan kecepatan yang sedang kita pun
masih dibayang-bayangi kematian. Ada faktor luar yang bisa saja terjadinya
kecelakaan, misalnya tertimpa pohon dan papan reklame yang tumbang, dijambret
orang, terjatuh akibat masuk ke lubang yang takkasat mata, atau bahkan
menghindari pejalan kaki yang nyebrang seenaknya sehingga mengagetkan
pengendara dan tidak mampu mengendalikan kendaraannya, dan masih banyak lagi
faktor lainnya. Hal ini membuktikan bahwa berkendara di Indonesia butuh
kewaspadaan yang tinggi mengingat masih banyaknya sarana-sarana penunjang
transportasi yang “belum aman”.
Tuhan menghadirkan kasus-kasus semacam itu untuk membuat manusia-manusia
yang masih hidup membuka matanya. Manusia hidup bukan untuk selamanya,
melainkan untuk beberapa saat sampai kematiannya tiba. Kita sering melupakan
kematian ketika dunia telah memperdaya kita dengan kebohongan-kebohongannya.
Dalam saat apa pun, dalam situasi apa pun kematian itu begitu mudah menjemput
kita. Itulah kenapa Tuhan tidak memberitahukan kepada kita tentang kematian itu
sendiri, agar kita selalu merasa siap dan ingat tentang kematian. Kita bukan
Bhisma, tokoh pewayangan yang dikenal mampu menentukan kapan kematiannya tiba.
Bahkan nabi sendiri pun tidak banyak mengetahui perihal kematian. Kita hanya
manusia biasa yang diberi akal dan pikiran oleh Tuhan untuk berpikir dan
merenungi bahwasanya kehidupan tersebut hanya singkat saja. Kehidupan semacam
perjalanan, dan kita hanya singgah saja di muka bumi ini yang bila waktunya
tiba kita harus kembali meneruskan perjalanan menuju akhir, yakni surga atau
neraka.
Sudah siapkah kita menghadapi datangnya sang ajal?
Bandung, 12 Februari 2012
No comments:
Post a Comment