Sunday, 12 February 2012

KEMATIAN




Kematian merupakan misteri yang sampai kapan pun tidak akan pernah diketahui datangnya oleh manusia. Setiap manusia pasti akan menghadapi kematian, ruh terlepas dari jasad dan kehidupan di dunia pun berakhir sudah. Isak tangis kerabat mengantar seseorang ketika kematiannya menjemput. Jerit kehilangan bergema dalam relung-relung kehidupan pasca kematian itu menjemput salah seorang di antara kita.
Tidak ada yang tahu kapan kematian tersebut menjemput kita. Seorang peramal hebat pun belum tentu bisa meramal tentang kematian. Beberapa saat yang lalu kita bertemu dengan seorang kawan. Ia mungkin terlihat sehat dan bugar, namun esoknya terdengar kabar bahwa kawan tersebut sudah meninggal. Sering kan kita mendapati peristiwa seperti itu? Ya, kematian tidak hanya identik dengan usia tua saja. Bila sudah waktunya, tidak peduli tua muda, tidak peduli sehat atau sakit, dan tidak peduli manusia siap atau tidak, kematian dating tepat pada waktunya. Malaikat pencabut nyawa akan mencabut ruh dan membawanya ke alam tempat manusia pertama kali diciptakan.
Kematian bisa terjadi oleh beberapa hal, bisa sakit, kecelakaan, pembunuhan, dan lain-lain. Terlepas dari segi teknis, begitu ajalnya tiba manusia itu akan mati. Manusia tidak bisa menghindari takdir kematiannya. Setakut apa pun manusia membayangkan datangnya kematian, kematian itu akan selalu menjemputnya dengan berbagai cara. Meskipun manusia sudah bersikap hati-hati ketika beraktivitas, atau berusaha melawan ketika ajal tersebut tiba padanya, tetap saja ia tidak bisa melawan garis Tuhan.
Akhir-akhir ini di Indonesia acapkali ditemui peristiwa-peristiwa tentang kematian. Mulai dari kematian artis, kematian akibat pembunuhan, serangan penyakit, bencana alam, atau pun kematian akibat kecelakaan berlalu lintas. Jumat kemarin kita dikejutkan dengan peristiwa tabrakan bus di daerah Puncak yang menewaskan lima belas orang. Belum usai peristiwa tersebut, muncul lagi berita kecelakaan bus di Majalengka yang menewaskan tiga orang. Beberapa saat sebelumnya, bus terjatuh ke jurang di Sumedang dan menewaskan beberapa orang. Sebelumnya lagi peristiwa tabrak lari di bilangan Tugu Tani yang menewaskan sembilan orang. Sebelum-sebelumnya lagi kecelakaan bus “Sumber Kencono” di daerah Jawa Timur, itu pun kurang lebih menewaskan 20 orang.
Kecelakaan adalah salah satu penyumbang angka kematian terbesar di Indonesia. Ketika berada di jalan, kita akan selalu dibayang-bayangi kematian. Meskipun kita sudah menerapkan aturan berkendara yang benar, memakai helm berstiker SNI, dan menjalankan motor dengan kecepatan yang sedang kita pun masih dibayang-bayangi kematian. Ada faktor luar yang bisa saja terjadinya kecelakaan, misalnya tertimpa pohon dan papan reklame yang tumbang, dijambret orang, terjatuh akibat masuk ke lubang yang takkasat mata, atau bahkan menghindari pejalan kaki yang nyebrang seenaknya sehingga mengagetkan pengendara dan tidak mampu mengendalikan kendaraannya, dan masih banyak lagi faktor lainnya. Hal ini membuktikan bahwa berkendara di Indonesia butuh kewaspadaan yang tinggi mengingat masih banyaknya sarana-sarana penunjang transportasi yang “belum aman”.
Tuhan menghadirkan kasus-kasus semacam itu untuk membuat manusia-manusia yang masih hidup membuka matanya. Manusia hidup bukan untuk selamanya, melainkan untuk beberapa saat sampai kematiannya tiba. Kita sering melupakan kematian ketika dunia telah memperdaya kita dengan kebohongan-kebohongannya. Dalam saat apa pun, dalam situasi apa pun kematian itu begitu mudah menjemput kita. Itulah kenapa Tuhan tidak memberitahukan kepada kita tentang kematian itu sendiri, agar kita selalu merasa siap dan ingat tentang kematian. Kita bukan Bhisma, tokoh pewayangan yang dikenal mampu menentukan kapan kematiannya tiba. Bahkan nabi sendiri pun tidak banyak mengetahui perihal kematian. Kita hanya manusia biasa yang diberi akal dan pikiran oleh Tuhan untuk berpikir dan merenungi bahwasanya kehidupan tersebut hanya singkat saja. Kehidupan semacam perjalanan, dan kita hanya singgah saja di muka bumi ini yang bila waktunya tiba kita harus kembali meneruskan perjalanan menuju akhir, yakni surga atau neraka.
Sudah siapkah kita menghadapi datangnya sang ajal?


Bandung, 12 Februari 2012

No comments:

Post a Comment