Tuesday, 14 February 2012

VALENTINE



Zacky sedang kebingungan di kamarnya. Besok adalah hari valentine, hari yang diperingati sebagai hari kasih sayang. Remaja tanggung itu ingin menghadiahi Rina, pacarnya, pada hari valentine tersebut. Namun, sayangnya ia tidak punya uang untuk membeli coklat atau boneka berwarna pink untuk dihadiahi kepada wanita pujaan hatinya yang baru dipacari selama dua minggu.
Tanggal 14 Februari merupakan hari yang spesial, terlebih bagi pasangan muda mudi yang sedang jatuh cinta. Mereka akan saling memberikan kado sebagai ungkapan cinta kepada masing-masing pasangannya. Kado yang diberikan pun secara harfiah berupa coklat, bunga mawar, atau boneka yang semuanya memiliki aksen warna merah muda. Kado-kado seperti itu merupakan lambang dari sebuah keromantisan. Warna merah muda melambangkan ketulusan cinta. Takheran jika pada bulan Februari selalu identik dengan coklat, mawar, boneka, dan warna merah muda.
Zacky pusing bukang kepalang. Pasalnya, Rina pun menagih janji Zacky yang akan memberikan kado istimewa ketika Valentine tiba. Awalnya memang Zacky berniat memberikan kado yang spesial untul Rina di hari Valentine. Namun, semenjak mereka pacaran, Rina selalu meminta sesuatu kepada Zacky. Gadis yang baru menginjak pubertas itu menganggap bahwa lelakilah yang harus mentraktir ketika mereka berjalan-jalan. Alhasil, uang bulanan Zacky pun—belum akhir bulan—sudah habis dipakai untuk mentraktir Rina jalan-jalan.
Mau tidak mau Zacky pun harus mencari akal untuk mendapatkan uang dengan cara yang singkat. Aha! Kemarin orang tuanya memberinya uang untuk membayar buku sekolah. Tanpa pikir panjang lagi, uang untuk membeli sumber pendidikan itu pun terpaksa ia pakai untuk membeli satu boneka babi yang berwarna pink, lengkap dengan bungkus kado yang juga pink dan diikat dengan pita merah. Terwujud sudah janji Zacky memberi kado kepada Rina meski uang buku harus dikorbankan. Girlfriend is number one, that’s  it boy?
***
Itulah sekelumit kisah percintaan anak muda ketika merayakan valentine. Hari valentine yang jatuh pada tanggal 14 Februari setiap tahunnya, selalu dinantikan oleh jutaan manusia di seluruh dunia. Pada tanggal tersebut, orang-orang akan memberikan kado spesial kepada orang-orang yang dikasihinya, mulai dari orang tua, kekasih, atau teman dekat.
Menjelang perayaan valentine, orang-orang sibuk mempersiapkan atribut-atribut yang berbau valentine. Toko-toko, mall-mall, dan pusat perbelanjaan lainnya menghias diri dengan pernak-pernik berbentuk hati, pita warna merah muda, bahkan hingga bunga mawar yang dirangkai membentuk lambang hati. Ya, valentine memang mampu mengubah tatawarna menjadi satu warna dominan, yaitu warna merah muda. Valentine memang mampu mengubah manusia untuk sejenak melupakan kekerasan. Apa pun alasannya, tanggal 14 Februari dilarang untuk melakukan tindakan kekerasan, sebab valentine merupakan perayaan yang sangat khidmat.
Dewasa ini, di Indonesia, gaung perayaan valentine semarak diperingati di setiap daerah. Valentine, atau yang lebih dikenal dengan hari kasih sayang kini memang menjadi tradisi tahunan bangsa Indonesia. Entah siapa yang pertama kali mengenalkan perayaan ini di Indonesia. Masyarakat, terutama muda mudi selalu menyongsong perayaan valentine karena bagi mereka valentine adalah saat yang tepat untuk mengungkapkan cinta. Fasilitas pendukung pun kini mudah dijumpai. Toko-toko kue menyiasati valentine dengan meluncurkan coklat-coklat berkemasan unik dan romantis. Begitu pun halnya di toko boneka, muda mudi antre untuk membeli boneka spesial yang nantinya akan ia hadiahkan kepada orang-orang terkasihnya.
Perayaan valentine itu sendiri merupakan asimilasi dari tradisi Barat. Tradisi tersebut dilakukan sebagai bentuk mengenang kematian Santo Valentinus, pendeta Katolik Roma pada abad pertengahan. Ia dihukum mati pada tanggal 14 Februari dengan tuduhan menyebarkan ajaran-ajaran sesat. Padahal, kenyataannya ajaran Santo Valentinus penuh dengan ajaran kasih sayang. Oleh karena itu, untuk mengenang kematiannya, generasi pasca kematian Santo Valentinus memperingati hari kematian pendeta yang berbudi tersebut setiap tahunnya.
Jauh sebelum kematian Santo Valentinus, pada zaman Romawi Kuno pun bulan Februari dianggap sebagai bulan kesuburan. Pada tanggal 15 Februari bangsa Romawi Kuno mengadakan tradisi Lupercalia, yakni tradisi kaum Lupercus untuk menghormati dewa kesuburan. Mereka turun ke jalan sambil membawa potongan-potongan kulit domba dan akan menyentuh siapa pun yang mereka jumpai di jalan. Perayaan ini pada umumnya diikuti oleh kaum wanita, sebab mereka percaya bahwa dengan mengikuti tradisi tersebut mereka akan diberi kesuburan dan mampu melahirkan dengan mudah.
Dalam peradaban Yunani Kuno pun, bulan Februari—dalam sistem kalender Athena Kuno disebut bulan Gamelion—merupakan bulan ketika Dewa Zeus dan Hera melakukan pernikahan sucinya. Pernikahan tersebut melahirkan anggapan bahwa bulan Februari adalah bulan yang penuh dengan kasih sayang dan cinta yang sakral, sebab Dewa Zeus, penguasa langit dan bumi menurut kepercayaan Yunani Kuno sedang menikmati kebahagiaan perkawinannya dengan Dewi Hera.
Tidak heran jika kini bulan Februari diideologikan sebagai bulan yang penuh dengan kasih sayang. Oleh karena itu, dunia akan selalu memperingati valentine sebab pada zaman nenek moyang pun, bulan Februari sudah menjadi bulan yang sakral dan penuh dengan kebahagiaan.
Yang menjadi soal adalah anggapan bangsa Indonesia itu sendiri mengenai tradisi valentine. Kebanyakan di Indonesia, tradisi valentine selalu diidentikkan dengan pacaran. Anak-anak muda tiba-tiba menjadi “liar”, bebas mengungkapkan cinta kepada pasangannya dengan berbagai cara. Hal ini yang menjadi problem, kita selalu ikut-ikutan mengikuti tradisi orang lain, terlebih tradisi-tradisi yang dilakukan di Barat. Namun, takjarang cara untuk memperingatinya menjadi menyimpang dari kaidah tradisi yang ada.
Cerita Zacky di atas merupakan salah satu perayaan valentine yang diselewengkan. Kita selalu memaksa untuk mengikuti arus modernisasi dengan menghalalkan segala cara. Apalagi pada tradisi valentine ini, bukan tidak mungkin pasangan muda mudi akan menlakukan apa pun dengan dalih pengungkapan rasa cinta. Jiwa yang masih labil, pemahaman yang salah mengenai konsep valentine bisa membuat mereka melakukan tindakan-tindakan yang melanggar etika. Barangkali kita sering mendengar, atau melihat langsung bagaimana gadis-gadis kehilangan keperawanannya ketika merayakan valentine. Jika sudah begini, siapa yang mau bertanggung jawab?
Valentine adalah tradisi yang sakral di tempatnya. Bagi yang tidak paham hakikat dari valentine ya lebih baik jangan ikut-ikutan merayakan valentine. Toh kenyataannya mengungkapkan kasih sayang itu bukan hanya terbatas pada bulan atau tanggal 14 Februari saja, di hari-hari yang lain pun kita harus berlaku kasih sayang kepada sesama. Mengasihi orang merupakan kewajiban yang harus dilakukan setiap waktu, bukan pada tanggal-tanggal tertentu saja.
Merayakan valentine sih itu hak azasi orang-orang. Hanya, jangan terlalu dipaksakan. Valentine bukan menjadi tolok ukur seberapa dalam perasaan cinta seseorang. Itu tergantung kepada pemahaman kita mengenai valentine, serta pemahaman kita mengenai agama kita masing-masing (perayaan valentine kan merupakan perayaan agama tertentu, bukan universal). Jika sudah mantap memaknai valentine, dengan porsi yang tidak menyimpang dari kaidah yang ada maka tinggal ungkapkan makna valentine itu kepada orang-orang yang kita cintai.
Indonesia merupakan negara tempat segala macam budaya berasimilasi. Namun, kenyataannya pada saat perayaan valentine pun masih banyak tindak-tindak kekerasan terjadi di Indonesia. Malah tidak jarang perayaan valentine bisa memicu sebuah kericuhan, sebab mungkin saja kita belum bisa memaknai kasih sayang itu sendiri.
Selamat makan coklat.

Gambar: klik
Bandung, 14 Februari 2012

No comments:

Post a Comment