Zacky sedang kebingungan di kamarnya. Besok adalah hari valentine, hari
yang diperingati sebagai hari kasih sayang. Remaja tanggung itu ingin
menghadiahi Rina, pacarnya, pada hari valentine tersebut. Namun, sayangnya ia
tidak punya uang untuk membeli coklat atau boneka berwarna pink untuk dihadiahi
kepada wanita pujaan hatinya yang baru dipacari selama dua minggu.
Tanggal 14 Februari merupakan hari yang spesial, terlebih bagi pasangan
muda mudi yang sedang jatuh cinta. Mereka akan saling memberikan kado sebagai
ungkapan cinta kepada masing-masing pasangannya. Kado yang diberikan pun secara
harfiah berupa coklat, bunga mawar, atau boneka yang semuanya memiliki aksen
warna merah muda. Kado-kado seperti itu merupakan lambang dari sebuah
keromantisan. Warna merah muda melambangkan ketulusan cinta. Takheran jika pada
bulan Februari selalu identik dengan coklat, mawar, boneka, dan warna merah
muda.
Zacky pusing bukang kepalang. Pasalnya, Rina pun menagih janji Zacky yang
akan memberikan kado istimewa ketika Valentine tiba. Awalnya memang Zacky
berniat memberikan kado yang spesial untul Rina di hari Valentine. Namun,
semenjak mereka pacaran, Rina selalu meminta sesuatu kepada Zacky. Gadis yang
baru menginjak pubertas itu menganggap bahwa lelakilah yang harus mentraktir
ketika mereka berjalan-jalan. Alhasil, uang bulanan Zacky pun—belum akhir
bulan—sudah habis dipakai untuk mentraktir Rina jalan-jalan.
Mau tidak mau Zacky pun harus mencari akal untuk mendapatkan uang dengan
cara yang singkat. Aha! Kemarin orang tuanya memberinya uang untuk membayar
buku sekolah. Tanpa pikir panjang lagi, uang untuk membeli sumber pendidikan
itu pun terpaksa ia pakai untuk membeli satu boneka babi yang berwarna pink,
lengkap dengan bungkus kado yang juga pink dan diikat dengan pita merah.
Terwujud sudah janji Zacky memberi kado kepada Rina meski uang buku harus
dikorbankan. Girlfriend is number one, that’s it boy?
***
Itulah sekelumit kisah percintaan anak muda ketika merayakan valentine.
Hari valentine yang jatuh pada tanggal 14 Februari setiap tahunnya, selalu
dinantikan oleh jutaan manusia di seluruh dunia. Pada tanggal tersebut,
orang-orang akan memberikan kado spesial kepada orang-orang yang dikasihinya,
mulai dari orang tua, kekasih, atau teman dekat.
Menjelang perayaan valentine, orang-orang sibuk mempersiapkan
atribut-atribut yang berbau valentine. Toko-toko, mall-mall, dan pusat
perbelanjaan lainnya menghias diri dengan pernak-pernik berbentuk hati, pita
warna merah muda, bahkan hingga bunga mawar yang dirangkai membentuk lambang
hati. Ya, valentine memang mampu mengubah tatawarna menjadi satu warna dominan,
yaitu warna merah muda. Valentine memang mampu mengubah manusia untuk sejenak
melupakan kekerasan. Apa pun alasannya, tanggal 14 Februari dilarang untuk
melakukan tindakan kekerasan, sebab valentine merupakan perayaan yang sangat
khidmat.
Dewasa ini, di Indonesia, gaung perayaan valentine semarak diperingati di
setiap daerah. Valentine, atau yang lebih dikenal dengan hari kasih sayang kini
memang menjadi tradisi tahunan bangsa Indonesia. Entah siapa yang pertama kali
mengenalkan perayaan ini di Indonesia. Masyarakat, terutama muda mudi selalu
menyongsong perayaan valentine karena bagi mereka valentine adalah saat yang
tepat untuk mengungkapkan cinta. Fasilitas pendukung pun kini mudah dijumpai.
Toko-toko kue menyiasati valentine dengan meluncurkan coklat-coklat berkemasan
unik dan romantis. Begitu pun halnya di toko boneka, muda mudi antre untuk
membeli boneka spesial yang nantinya akan ia hadiahkan kepada orang-orang
terkasihnya.
Perayaan valentine itu sendiri merupakan asimilasi dari tradisi Barat. Tradisi
tersebut dilakukan sebagai bentuk mengenang kematian Santo Valentinus, pendeta
Katolik Roma pada abad pertengahan. Ia dihukum mati pada tanggal 14 Februari
dengan tuduhan menyebarkan ajaran-ajaran sesat. Padahal, kenyataannya ajaran
Santo Valentinus penuh dengan ajaran kasih sayang. Oleh karena itu, untuk
mengenang kematiannya, generasi pasca kematian Santo Valentinus memperingati
hari kematian pendeta yang berbudi tersebut setiap tahunnya.
Jauh sebelum kematian Santo Valentinus, pada zaman Romawi Kuno pun bulan
Februari dianggap sebagai bulan kesuburan. Pada tanggal 15 Februari bangsa
Romawi Kuno mengadakan tradisi Lupercalia, yakni tradisi kaum Lupercus
untuk menghormati dewa kesuburan. Mereka turun ke jalan sambil membawa
potongan-potongan kulit domba dan akan menyentuh siapa pun yang mereka jumpai
di jalan. Perayaan ini pada umumnya diikuti oleh kaum wanita, sebab mereka
percaya bahwa dengan mengikuti tradisi tersebut mereka akan diberi kesuburan
dan mampu melahirkan dengan mudah.
Dalam peradaban Yunani Kuno pun, bulan Februari—dalam sistem kalender
Athena Kuno disebut bulan Gamelion—merupakan bulan ketika Dewa Zeus dan Hera
melakukan pernikahan sucinya. Pernikahan tersebut melahirkan anggapan bahwa
bulan Februari adalah bulan yang penuh dengan kasih sayang dan cinta yang
sakral, sebab Dewa Zeus, penguasa langit dan bumi menurut kepercayaan Yunani
Kuno sedang menikmati kebahagiaan perkawinannya dengan Dewi Hera.
Tidak heran jika kini bulan Februari diideologikan sebagai bulan yang
penuh dengan kasih sayang. Oleh karena itu, dunia akan selalu memperingati
valentine sebab pada zaman nenek moyang pun, bulan Februari sudah menjadi bulan
yang sakral dan penuh dengan kebahagiaan.
Yang menjadi soal adalah anggapan bangsa Indonesia itu sendiri mengenai tradisi
valentine. Kebanyakan di Indonesia, tradisi valentine selalu diidentikkan
dengan pacaran. Anak-anak muda tiba-tiba menjadi “liar”, bebas mengungkapkan
cinta kepada pasangannya dengan berbagai cara. Hal ini yang menjadi problem,
kita selalu ikut-ikutan mengikuti tradisi orang lain, terlebih tradisi-tradisi
yang dilakukan di Barat. Namun, takjarang cara untuk memperingatinya menjadi
menyimpang dari kaidah tradisi yang ada.
Cerita Zacky di atas merupakan salah satu perayaan valentine yang
diselewengkan. Kita selalu memaksa untuk mengikuti arus modernisasi dengan
menghalalkan segala cara. Apalagi pada tradisi valentine ini, bukan tidak
mungkin pasangan muda mudi akan menlakukan apa pun dengan dalih pengungkapan
rasa cinta. Jiwa yang masih labil, pemahaman yang salah mengenai konsep
valentine bisa membuat mereka melakukan tindakan-tindakan yang melanggar etika.
Barangkali kita sering mendengar, atau melihat langsung bagaimana gadis-gadis
kehilangan keperawanannya ketika merayakan valentine. Jika sudah begini, siapa
yang mau bertanggung jawab?
Valentine adalah tradisi yang sakral di tempatnya. Bagi yang tidak paham
hakikat dari valentine ya lebih baik jangan ikut-ikutan merayakan valentine.
Toh kenyataannya mengungkapkan kasih sayang itu bukan hanya terbatas pada bulan
atau tanggal 14 Februari saja, di hari-hari yang lain pun kita harus berlaku
kasih sayang kepada sesama. Mengasihi orang merupakan kewajiban yang harus
dilakukan setiap waktu, bukan pada tanggal-tanggal tertentu saja.
Merayakan valentine sih itu hak azasi orang-orang. Hanya, jangan terlalu
dipaksakan. Valentine bukan menjadi tolok ukur seberapa dalam perasaan cinta
seseorang. Itu tergantung kepada pemahaman kita mengenai valentine, serta
pemahaman kita mengenai agama kita masing-masing (perayaan valentine kan
merupakan perayaan agama tertentu, bukan universal). Jika sudah mantap memaknai
valentine, dengan porsi yang tidak menyimpang dari kaidah yang ada maka tinggal
ungkapkan makna valentine itu kepada orang-orang yang kita cintai.
Indonesia merupakan negara tempat segala macam budaya berasimilasi.
Namun, kenyataannya pada saat perayaan valentine pun masih banyak tindak-tindak
kekerasan terjadi di Indonesia. Malah tidak jarang perayaan valentine bisa
memicu sebuah kericuhan, sebab mungkin saja kita belum bisa memaknai kasih
sayang itu sendiri.
Selamat makan coklat.
Gambar: klik
Bandung, 14 Februari 2012
No comments:
Post a Comment