Saturday, 8 December 2012

Bangkitkan Kembali Aktivitas Mendongeng Kepada Anak



*Ini adalah salah satu reportase penulis untuk website http://www.unpad.ac.id/

Syahdan, ada seorang perempuan yang bernama Jennifer Thomas. Sejak usia SD, ia sudah memiliki nilai IQ 110, nilai tertinggi untuk seorang anak SD. Berkat kemampuannya, ia pun akhirnya diterima di University of Cambridge, Amerika. Ternyata, ia seorang penderita Down Syndrome, kelainan yang berdampak pada keterbelakangan fisik dan mental, sejak kecil. Ajaibnya, kecerdasan dan IQ Jennifer yang tinggi bermula dari ketekunan kedua orang tuanya menceritakan dongeng sejak ia masih kecil.


Itulah sekelumit fakta tentang keajaiban mendongeng yang diungkap oleh Mochamad Ariyo Faridh Zidni, S.Hum., pendongeng dan pendiri komunitas Ayo Mendongeng Indonesia saat WorkshopThe Magical Theory of Storytelling”, yang digelar oleh Puslitbang Gender dan Anak (P3GA) LPPM Unpad, Sabtu (08/12) di Bale Rumawat Kampus Unpad Bandung. Pria yang akrab dipanggil Ariyo ini menjelaskan, mendongeng menjadi salah satu kekuatan terbesar dalam perkembangan anak.
“Pada dasarnya dongeng adalah media terbaik dalam mendidik anak. Anak akan cepat menerima dan melakukan sesuatu apabila disampaikan lewat cerita dongeng,” ungkapnya.

Melalui dongeng, anak akan mudah menangkap pesan-pesan moral yang disampaikan. Hal ini tentunya berbeda dengan menyampaikannya secara langsung atau bahkan dengan sikap yang keras. Bagi anak, mendongeng termasuk ke dalam multisensorik activity, dimana anak bisa bergerak, menyentuh, dan tertawa. Aktivitas tersebut membuat mereka bisa melakukan dan mendapatkan banyak hal. “Mendongeng juga lebih efektif daripada pendidikan melalui teknologi,” tambahnya.

Tidak bisa dipungkiri, perkembangan teknologi yang semakin pesat turut pula membawa pengaruh kepada anak. Menurut Ariyo, apabila sedari kecil anak telah dibiasakan untuk menonton TV, bermain game, tab, komputer, atau laptop justru akan memperburuk pertumbuhan anak. Efeknya, anak akan bersifat individual, antisosial, tidak komunikatif, dan tidak peduli dengan orang lain. Dari segi perkembangan motorik pun, pergerakan anak hanya sebatas di mata saja, padahal anak usia golden age (0-12) memerlukan kondisi tubuh yang terus bergerak dan aktif.

Mengacu pada fakta sosok Jennifer Thomas, dongeng apabila disampaikan dengan teknik yang tepat akan dapat ditangkap oleh anak. Oleh karena itu, dalam workshop tersebut Ariyo mengajak peserta untuk mampu mengembangkan kemampuan mendongeng agar anak tidak selalu bergantung kepada teknologi.

“Pada dasarnya mendongeng bisa dilakukan dengan cara sederhana. Hal terpenting ialah suara, ekspresi dan gestur yang mendukung sehingga membuat anak nyaman mendengarnya. Alat bantu lain bisa memakai properti seperti boneka dan kostum,” ujar pria yang pernah mendongeng bagi anak-anak korban bencana Tsunami di Aceh dan Merapi di Jogjakarta.

Ariyo sendiri berharap bahwa masyarakat, khususnya orang tua mampu mendidik anaknya dengan media dongeng. Sebab, meskipun terbilang sepele, aktivitas mendongeng ternyata mampu mengubah perilaku anak. Hal inilah yang sering tidak disadari oleh orang tua yang lebih menggunakan media teknologi dalam mendidik anak-anaknya.

Hal tersebut juga dibenarkan oleh Ketua P3GA Unpad, Dr. Nina Djustiana, drg., M.Kes. Menurutnya, dunia kreativitas dan imajinasi anak tidak berbatas, namun selalu dibangun tidak dengan konteks pendidikan yang benar. Aktivitas mendongeng dapat menghasilkan anak-anak yang mandiri dan tidak seterusnya menjadi seorang follower. “Aktivitas mendongeng dapat menghasilkan anak menjadi seorang inovator karena kekayaan kreativitasnya,” Dr. Nina menjelaskan.

Workshop yang mengangkat tema “Marilah Kita Mencerdaskan Generasi Penerus Bangsa” ini digelar untuk memperingati Hari Anak Internasional yang jatuh pada 20 November lalu. Workshop ini diikuti oleh sekitar 170 peserta dari mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom), dan Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Unpad, serta perwakilan dari guru-guru TK dan SD. Menurut ketua pelaksana kegiatan, Evi Rosfiantika, S.Pd., M.Si., workshop ini merupakan bagian kepedulian P3GA Unpad untuk mencerdaskan generasi penerus bangsa. “Ini adalah wujud sosialisasi dongeng oleh P3GA Unpad untuk mencerdaskan kehidupan bangsa,” ungkapnya.

Gambar dari sini

No comments:

Post a Comment