Saturday, 13 April 2013

HAPPY SALMA, "TEATER ADALAH SENI MUJARAB UNTUK MENYAMPAIKAN PIKIRAN"


Foto : Dadan T (Humas Unpad)
Tidak banyak artis Indonesia yang mendalami teater sebagai bagian dari proses berkeseniannya. Padahal, teater adalah salah satu seni yang penting didalami oleh seorang pemain peran. Untuk terjun ke dalam dunia peran, kemampuan berteater sangat penting dimiliki untuk mampu menjiwai tokoh yang nanti diperankan.

Salah satu artis yang konsisten bergerak di dunia teater selain dunia keartisannya ialah Happy Salma. Happy Salma adalah artis dunia hiburan Indonesia yang masih juga terjun di dunia teater. Baru-baru ini saya bertemu  dengan artis kelahiran Sukabumi, 4 Januari 1980 tersebut, di sela-sela latihan pementasan monolog “Inggit” yang sukses dimainkan olehnya pada Rabu (10/04) lalu.


“Teater bagi saya adalah bentuk seni yang paling mujarab untuk menyampaikan pikiran,” ujar Happy Salma ketika ditanya mengenai proses berteaternya.

Berkaus hitam polos panjang yang dipadankan dengan selendang dan syal yang dilingkarkan di bahu, Happy pun bercerita mengenai proses berkeseniannya. Baginya, teater adalah representasi kehidupan. Dunia yang dijabarkan dalam panggung, sehingga teater tidak bisa disebut sebagai seni pertunjukan di atas panggung saja. Ada ruang-ruang dimana ada kontemplasi bagi tokoh-tokoh yang diperlihatkan dalam satu pementasan. Happy sendiri menjiwai teater karena kecintaannya yang tinggi terhadap karya sastra Indonesia.

“Saya sangat suka karya-karya Pram dan beberapa sastrawan Indonesia. Di sana, saya banyak belajar mengenai Indonesia sendiri,” katanya.

Masih menurut Happy, cara melihat suatu bangsa menghargai budayanya dapat dilihat dari bagaimana pertunjukan teaternya. Lalu ia pun berbicara mengenai seni teater di Indonesia yang menurutnya masih belum dihargai dengan baik. “Sebuah bangsa yang tidak menghargai seni panggung, maka ia akan membentuk beragam panggung-panggung tersendiri,” imbuhnya.

Happy menjelaskan, beragam panggung tersebut saat ini terlihat dalam kehidupan bangsa Indonesia. Setiap orang membuat “panggungnya” sendiri, mulai dari panggung politik, panggung calon pemimpin, maupun panggung-panggung lainnya. Apabila hal tersebut tetap dibiarkan, seni teater di Indonesia tidak akan pernah berkembang.

“Apabila disandingkan dengan panggung teater di Broadway Amerika misalnya, kita kalah jauh. Di luar negeri, orang sudah mengembangkan teater sebagai suatu industri kreatif. Di kita masih jauh dari hal itu,” tambahnya.

Sebagai suatu media seni, perlu kesadaran untuk mengembangkan seni teater. Happy pun memiliki keinginan untuk mementaskan pertunjukan di lingkungan-lingkungan kampus. Sebab, menurutnya kampus dinilai sebagai sarana efektif membangkitkan jiwa muda untuk mencintai teater.

Terkait dengan seni sebagai bentuk penyampai pikiran paling efektif, Happy sendiri menyimpulkan bahwa seni adalah suatu revolusi bangsa. Revolusi melalui seni dinilai sangat efektif karena seni tidak terikat dengan kepentingan apa pun yang melatarbelakanginya.

Di akhir, Happy sendiri mengemukakan pendapatnya. Menurutnya, suatu bangsa tidak bisa dikatakan mencintai sejarahnya apabila belum mampu menjadikan seni sebagai suatu pandangan hidup.

“Seni adalah cara yang paling efektif untuk menyampaikan sejarah. Kalau tidak disampaikan dengan cara tersebut, saya yakin sejarah hanya menjadi dongeng di bangku sekolah,” katanya.


No comments:

Post a Comment