Foto : Dadan T (Humas Unpad) |
Tidak banyak artis Indonesia yang mendalami teater sebagai
bagian dari proses berkeseniannya. Padahal, teater adalah salah satu seni yang
penting didalami oleh seorang pemain peran. Untuk terjun ke dalam dunia peran,
kemampuan berteater sangat penting dimiliki untuk mampu menjiwai tokoh yang
nanti diperankan.
Salah satu artis yang konsisten bergerak di dunia teater
selain dunia keartisannya ialah Happy Salma. Happy Salma adalah artis dunia
hiburan Indonesia yang masih juga terjun di dunia teater. Baru-baru ini saya
bertemu dengan artis kelahiran Sukabumi, 4 Januari 1980 tersebut, di sela-sela
latihan pementasan monolog “Inggit” yang sukses dimainkan olehnya pada Rabu
(10/04) lalu.
“Teater bagi saya adalah bentuk seni yang paling mujarab
untuk menyampaikan pikiran,” ujar Happy Salma ketika ditanya mengenai proses
berteaternya.
Berkaus hitam polos panjang yang dipadankan dengan selendang
dan syal yang dilingkarkan di bahu, Happy pun bercerita mengenai proses
berkeseniannya. Baginya, teater adalah representasi kehidupan. Dunia yang
dijabarkan dalam panggung, sehingga teater tidak bisa disebut sebagai seni pertunjukan
di atas panggung saja. Ada ruang-ruang dimana ada kontemplasi bagi tokoh-tokoh
yang diperlihatkan dalam satu pementasan. Happy sendiri menjiwai teater karena
kecintaannya yang tinggi terhadap karya sastra Indonesia.
“Saya sangat suka karya-karya Pram dan beberapa sastrawan
Indonesia. Di sana, saya banyak belajar mengenai Indonesia sendiri,” katanya.
Masih menurut Happy, cara melihat suatu bangsa menghargai
budayanya dapat dilihat dari bagaimana pertunjukan teaternya. Lalu ia pun
berbicara mengenai seni teater di Indonesia yang menurutnya masih belum
dihargai dengan baik. “Sebuah bangsa yang tidak menghargai seni panggung, maka
ia akan membentuk beragam panggung-panggung tersendiri,” imbuhnya.
Happy menjelaskan, beragam panggung tersebut saat ini
terlihat dalam kehidupan bangsa Indonesia. Setiap orang membuat “panggungnya”
sendiri, mulai dari panggung politik, panggung calon pemimpin, maupun panggung-panggung
lainnya. Apabila hal tersebut tetap dibiarkan, seni teater di Indonesia tidak
akan pernah berkembang.
“Apabila disandingkan dengan panggung teater di Broadway
Amerika misalnya, kita kalah jauh. Di luar negeri, orang sudah mengembangkan
teater sebagai suatu industri kreatif. Di kita masih jauh dari hal itu,”
tambahnya.
Sebagai suatu media seni, perlu kesadaran untuk
mengembangkan seni teater. Happy pun memiliki keinginan untuk mementaskan
pertunjukan di lingkungan-lingkungan kampus. Sebab, menurutnya kampus dinilai
sebagai sarana efektif membangkitkan jiwa muda untuk mencintai teater.
Terkait dengan seni sebagai bentuk penyampai pikiran paling
efektif, Happy sendiri menyimpulkan bahwa seni adalah suatu revolusi bangsa. Revolusi
melalui seni dinilai sangat efektif karena seni tidak terikat dengan
kepentingan apa pun yang melatarbelakanginya.
Di akhir, Happy sendiri mengemukakan pendapatnya. Menurutnya,
suatu bangsa tidak bisa dikatakan mencintai sejarahnya apabila belum mampu
menjadikan seni sebagai suatu pandangan hidup.
“Seni adalah cara yang paling efektif untuk menyampaikan
sejarah. Kalau tidak disampaikan dengan cara tersebut, saya yakin sejarah hanya
menjadi dongeng di bangku sekolah,” katanya.
No comments:
Post a Comment