*Untuk perempuan yang namanya selalu ada dalam doaku...
Aku mencintaimu dengan segenap kekuranganku. Ketika lelaki
lain akan mencintaimu dengan segala yang dipunya, serta dengan kelebihan yang
dimiliki, maka aku putuskan untuk mencintaimu tanpa melebih-lebihkan. Aku
mencintaimu dengan segala usaha kecilku.
Kuisi hari-hari yang lalu dengan kebahagiaan seadanya.
Senyum yang selalu mengembang tatkala bersamamu, tindakan konyol yang acapkali
membuatmu menggelengkan kepala, serta sedikit sentuhan manis lewat kata-kata
gombalku. Ah, kukira lelaki lain lebih fasih melakukannya. Namun, inilah aku,
inilah segala kekuranganku.
Mencintaimu selalu tanpa alasan. Ketika banyak orang
bertanya apa yang membuatku jatuh cinta kepadamu, kujawab singkat saja. Segalanya
adalah takdir yang kini hinggap dalam kehidupanku. Tidak pernah tahu sampai
kapan rasa ini akan ada di dalam kehidupanku.
Ya, cinta memang menjadi sebuah misteri. Takpernah dapat
diterka kapan ia akan datang dan pergi.
Justru hal itulah yang membuatku bahagia. Aku selalu percaya
akan takdir itu. Tuhan memberikan jalan yang manis untuk mencintaimu, dan Ia
pulalah yang nanti memutuskan apakah cinta itu tetap ada ataukah tidak.
Yang jelas, selama takdir berpihak padaku, maka aku akan
mencintaimu dengan sesungguhnya. Lelaki bodoh yang rela melakukan apa saja demi
mewujudkan kesungguhan itu. Lelaki yang mengorbankan apa pun untuk dapat
bersanding denganmu setiap waktu.
Dengan segala kekurangan, kita akan sama-sama belajar. Aku
belajar memahamimu, memahami tindakanmu, ucapanmu, hingga memahami waktu yang
selalu tersedia untuk kebersamaan kita. Musim silih berganti, angin sudah
sekian kali berhembus. Cintaku akan tetap ada.
Darimu aku belajar memaknai hidup. Kehidupan ideal yang kau
dambakan. Semakin aku maknai, maka semakin aku merangkak untuk dapat
mengetukmu. Langkah kecil ini akan selalu merangkak, jatuh, bangun kembali,
tersungkur kembali, hingga akhirnya aku benar-benar bisa berjalan menuju
hatimu.
Terkadang kau ragu dengan segala cintaku, cinta yang masih malu-malu
untuk kuucapkan. Terkadang hal itu menjadi tamparan bagiku. Namun aku
takpeduli. Bagiku keraguan itu hanyalah soal perbedaan pandangan. Aku tetap
dengan pendirianku, bahwa aku akan mencintaimu dengan segala kekuranganku.
Aku tidak ingin tampak baik di depanmu namun buruk di
belakang. Aku lebih baik terlihat buruk, kumel, dan dekil ketika di hadapanmu.
Cintakulah yang akan memoles semuanya. Semoga.
Darimu, aku selalu ditantang untuk melihat masa depan yang
buta. Bersamamu, aku mulai memastikan seperti apa hidupku kelak di masa datang.
Perlahan, rencana itu semakin mantap kurangkai, dan aku ingin mewujudkannya
tentunya dengan uluran tanganmu.
Lalu bagaimana caraku mencintaimu? Untuk menjawabnya, kuajak
kau melihat dunia yang sebenarnya.
Dunia tidak sekadar apa yang kau lihat, dengar, dan rasakan.
Di luar sana, berjuta-juta ilmu berpendar di setiap sudut bumi. Tugasku adalah
mengajakmu untuk menemukan ilmu itu sehingga kita akan sama-sama menjadi kuat.
Aku mengajakmu menikmati angin pegunungan, dinginnya kabut
yang mengikat, berkawan dengan telaga, dan menikmati semesta yang indah dengan
cara yang sederhana. Di sanalah kebahagiaan kita bermula. Di sanalah ilmu
kehidupan itu kita dapat.
Aku bukanlah sesiapa. Aku hanya lelaki yang mencintaimu dan
selalu menyadarkanmu bahwa semesta ini sangatlah berharga.
Lihatlah siapa diri kita sebenarnya di antara rimbun
pepohonan dan gunung yang berjajar. Kecil dan lemah. Genggam tanganku, lalu
kita akan menyusuri segala kebesaran semesta ini dengan langkah kecil. Kita bukan
hendak menaklukkan, kita hanya segelintir manusia yang mencoba meresapi
kebesaran Tuhan.
Dengan itulah, aku mencintaimu sesederhana mungkin. Hanya
itu yang bisa kulakukan kepadamu. Mencintaimu menjadi suatu candu yang harus
kucari penawarnya.
Tahukah kamu dimana penawar itu? Ia ada dalam setiap
senyummu.
Melihatmu tersenyum dan tertawa adalah kebahagiaan terbesar
bagiku. Aku tidak butuh apapun dari kamu. Dengan melihatmu bahagia, aku sudah
merasakan betapa indahnya mencintaimu.
Jadi, marilah kita bersama-sama saling menguatkan. Bukan
hanya soal hubungan, namun juga soal diri kita. Jalan kita masih panjang meski
dengan langkah terseok-seok. Dan kuharap hingga ujung jalan itu, genggaman
tangan kita takpernah lepas. Kuharap hingga ujung waktu, langkah kita akan
selalu sama.
Aku mencintaimu dengan segala kekuranganku. Dengan sisa-sisa
tenagaku sebagai seorang manusia yang paling bahagia ketika mencintaimu. Terima
kasih...
No comments:
Post a Comment