Tuesday, 19 March 2013

TRAVELER: I DREAM, I TRAVEL, I LIFE!




Menyandang ransel besar. Naik kereta api, bus, kapal laut, hingga kapal terbang dengan harga promo. Menginap di kawasan penginapan murah. Menyandang kamera lalu memotret setiap tempat-tempat yang didatangi. Itulah beberapa ciri dari seorang traveler yang biasa kita temui di beberapa kawasan wisata. Menikmati hidup dengan berpetualang adalah maksud dari setiap perjalanan yang dilakukannya.

Namun, pernahkah kita sampai pada pemikiran bahwa apa sebenarnya esensi dari sebuah traveling itu? Apakah esensi sebenarnya dari seorang traveler yang pergi ke tempat-tempat yang indah dan menakjubkan di seantero dunia atau hanya sejenak melakukan refreshing dari aktivitas keseharian yang menjemukan?

Tuesday, 12 March 2013

MENGAYUH KEHIDUPAN DENGAN BECAK



Kendaraan ini bukanlah termasuk kendaraan bermotor. Rodanya tiga, dan dikayuh oleh manusia. Di zaman serbamodern ini, becak masih bertahan sebagai angkutan transportasi ramah lingkungan.


Barangkali kita sudah sangat akrab dengan transportasi roda tiga yang satu ini. Moda transportasi ramah lingkungan ini sangat populer sebagai alat transportasi untuk angkutan jarak dekat, khususnya di wilayah Indonesia dan sebagian Asia. Namun, tahukah Anda sejak kapan becak menjadi sarana transportasi di Indonesia?

Becak diperkirakan masuk ke Indonesia pada awal abad ke-20. Seperti dikutip dari situs id.wikibooks.org awalnya becak digunakan untuk mengangkut barang-barang para pedagang Tionghoa. Baru pada tahun 1940-an becak digunakan sebagai angkutan umum dengan kapasitas penumpang 2 orang ditambah pengemudi satu orang.

Wednesday, 6 March 2013

KISAH TENTANG LENTERA


Lentera bertanya pada ibunya, “Ibu, mengapa aku harus menerangi malam dengan cahayaku?”. Ibunya menjawab dengan belai mesra dengan hangat kecupan di pipi lentera, “Sayang, beruntunglah kau menjadi sebuah lentera. Kau selalu akan dirindukan malam, dirindukan gemintang, dan dirindukanNya. Cahayamu yang kadang remang kadang terang itulah yang menjadi pelita dan sasmita ketika kegelapan berangsur tua. Kau adalah bianglala yang selalu menjadikan bumiNya tersenyum kembali meskipun malam gulita datang. Takseperti manusia yang selalu haus mencari cahaya ketika gulita, namun mengabaikan bahkan mematikannya kembali begitu mereka bosan dan terlena dengan tawanya.”

Lentera diam, seakan ingin baginya memasukkan mentari ke dalam sela-sela jiwanya agar selalu terang takpernah remang bahkan padam karena habis daya upaya. Mentari itu ciptaanNya. Lentera bahkan takpernah tahu bahwa dunia tak hanya sebatas yang diteranginya saja. Ia ingin selamanya gelap takpernah terang karena ia ingin membaca sabda malam yang tak kunjung usai ia terjemahkan. 

Lentera takpernah tahu bahwa manusia juga mempunyai sabda.




Bandung, 7 Maret 2013 01.30

BAYANG-BAYANG

“Selalu bersama,” katamu, “kita selalu bersama.”

Dalam dunia yang tidak pernah tercatat waktu, kami selalu berjumpa dan bersama. Dalam semesta ruang yang tak berhampa, kami selalu mencatat sebuah sejarah dan masa gemilang. Karena masa akan terus berganti, melenyapkan kini menjadi masa-masa berikutnya, lalu ia pun akan berganti juga begitu seterusnya. Apakah masa-masa yang telah hilang tersebut secara harfiah akan hilang tanpa ada bekasnya? Betapa masa-masa lalu selalu penuh dengan kenangan. Dan tentu saja kenangan tidak akan melayang, lenyap hilang di udara manakala kita selalu abadikan bagai sebuah foto yang selalu tersimpan rapi dalam album.

Kami selalu bertemu tanpa cahaya, karena apakah cahaya akan selalu ada mempertemukan kami? Masalahnya, dunia tidak selamanya disinari oleh cahaya. Adakalanya cahaya akan hilang datang pergi bagai langkah kaki bagai guguran daun, muncul lagi hilang lagi muncul lagi hilang lagi. Betapa cahaya tidak akan selamanya bersinar benderang. Karena itulah kami memutuskan bertemu tanpa cahaya yang membiasi kami. Bagaimanakah bisa melihat wajah masing-masing; seseorang kelak akan berkata seperti itu pada kami. Betapa tanpa cahaya pun, aku sudah bisa melihat wajahnya karena mata kami tidak pernah berdebu. Mata kami bisa menembus kegelapan, bisa menjelajahi semesta gelap yang sunyi dan kelam. Mata kami berada di hati dan siapa yang hendak mencarinya?

DARI BALIK PERJALANAN

Perjalanan panjang ini membuatku menjadi serasa terasing dari dunia ini. Aku rindu rumah. Aku rindu kamar. Aku rindu hangat pagi hari. Dan aku juga rindu kamu. Telah lama kutelusuri perjalanan yang barangkali aku sendiri pun takakan pernah tahu kapan akan temukan tujuannya. Aku berjalan tanpa arah mata angin. Aku berjalan tanpa mengenal waktu. Dan aku berjalan tanpa mengenal tujuan. 

Bus terus melaju menembus perbukitan. Dari balik kaca jendela kulihat dunia, dunia yang sebenarnya terhampar dengan jelas di depanku yang hanya dibatasi oleh kaca sahaja. Tentunya aku tidak sedang melihat fatamorgana. Segala yang ada terlihat dengan sangat jelas di depan mataku. Bukankah kamu sendiri yang bilang jika sesuatu yang tampak di depan mata terlihat dengan sangat jelas dan dapat diraba maka itulah dunia sebenarnya yang kita pandangi?