Ada Apa dengan Kamar 308?

Hujan menemani perjalanan saya bersama rombongan panlok SBMPTN Jabar menuju Hotel lnna Samudra Beach, di tepi pantai Palabuhan Ratu. Pukul setengah 9 malam, rombongan pun tiba di hotel yang sudah berdiri sejak tahun 1960 tersebut. Dari luar, hotel ini terkesan tua dan angker, apalagi suasana halaman hotel yang minim penerangan.

Saya pun kebagian menginap di kamar 303 yang berada di lantai 3. Sejenak, ingatan langsung melayang pada sebuah kamar yang banyak diperbincangkan orang. Ya, saya menginap di kamar yang berdekatan dengan kamar 308, sebuah kamar yang diyakini sering didatangi oleh Nyai Roro Kidul, sang Legenda Pantai Selatan.

Dalam kepercayaan masyarakat Jawa dan sebagian Bali, Nyai Roro Kidul atau Nyai Rara Kidul atau Nyai Lara Kidul adalah seorang pembantu Ratu Pantai Selatan. Konon, Nyai Roro Kidul sangat menyukai warna hijau, dan selalu mengambil orang-orang yang mengenakan baju hijau ketika bermain di Pantai Selatan. Mitos ini sangat kuat melekat dalam benak masyarakat, sebab telah banyak wisatawan tewas akibat terseret arus laut ataupun mati tenggelam di laut Selatan.

Wangi dupa kuat tercium kuat ketika saya lewat di depannya. Lorong yang sepi, sesekali rintik hujan masih turun di luar hotel. Dalam hati saya bertanya, benarkah mitos kamar 308 tersebut benar-benar nyata ?

Saking kuatnya mitos yang melekat, kamar ini pun dijadikan tema film horor Indonesia yang dirilis pada tanggal 5 Juni 2013 dengan judul “308”. Film yang disutradarai Jose Poernomo ini dibintangi oleh 2 bintang Indonesia, yaitu Shandy Aulia dan Denny Sumargo. Namun, justru lokasi syuting film tersebut takdilakukan di Hotel Inna Samudra Beach langsung.

Keesokan harinya, saya pun berkesempatan memasuki kamar tersebut. Budi Wahyudi, seorang petugas hotel dengan ramah menyilakan saya masuk ke dalam kamar. Suasananya serba hijau tua. Aroma dupa dan bunga kuat terhirup dari dalam kamar.

Lampu menyala remang di dalam kamar. Dua buah lukisan besar yang menggambarkan sosok Nyai Roro Kidul dipasang berhadapan. Lukisan yang berada di sisi barat terdapat kendi-kendi yang berisi sesaji dan dupa. Lukisan tersebut menggambarkan sosok Nyai Roro Kidul di atas pusaran samudera dengan mengenakan pakaian hijau.

Sementara lukisan di seberangnya menggambarkan sosok Nyai Roro Kidul yang berdiri di atas seekor naga di tengah lautan. Di samping lukisan tersebut terdapat lukisan Presiden Soekarno. Lukisan sang Ratu tersebut dilukis oleh maestro lukis Indonesia, Basuki Abdullah pada tahun 1980-an. Konon, Basuki Abdullah sampai menginap di kamar tersebut untuk bisa merasakan langsung bagaimana sosok Nyai Roro Kidul.

Di kamar tersebut juga ditempatkan tempat tidur berkelambu yang serbahijau. Ada juga pakaian kebaya, kursi singgasana, replika mahkota dan perhiasan Nyai Roro Kidul yang diletakkan di beberapa sudut kamar. Budi bercerita kalau segala benda yang ada di dalam ruangan ini adalah pemberian dari pengunjung kamar yang sebelumnya diyakini bertemu dan diberi wangsit oleh sang Nyai.

“Mereka yang menginap biasanya untuk mencari wangsit dan meminta berkah,” tambah Budi.

Kamar 308 telah menjadi mitos yang berkembang khususnya di masyarakat Jawa Barat. Dalam waktu-waktu tertentu, Nyai Roro Kidul diyakini sering datang dan beristirahat ke kamar tersebut. Tidak heran bahwa kamar ini menjadi disakralkan dan tidak bisa ditinggali sembarangan. Hanya orang-orang tertentu yang datang menginap dan melakukan ritual-ritual untuk meminta sesuatu.

Budi pun kembali bercerita asal usul mengapa kamar 308 ini disakralkan. Hotel ini dibangun atas dasar inisiatif Presiden Soekarno untuk mendirikan tempat perisitirahatan di pantai Palabuhan Ratu. Syahdan, setelah selesai didirikan, Presiden Soekarno pun sering melakukan samadi di kamar 308. “Konon, Nyai Ratu sendirilah yang memilih kamar tersebut untuk bertemu dengan Presiden Soekarno,” tambahnya.

Sejak saat itu, Presiden Soekarno pun menitahkan kepada pegawai hotel untuk tidak menyewakan kamar 308 kepada umum. Titah ini pun terus dijaga hingga beberapa tahun ke belakang sempat disewakan untuk umum. Namun, hal ini tidak berlangsung lama. Kamar 308 kembali tidak disewakan untuk umum karena sering terjadi peristiwa aneh yang dialami oleh setiap penyewa kamar.

“Kebanyakan para penyewa mengalami mimpi yang sama, yaitu didatangi seorang perempuan cantik,” ujar Budi.

Peristiwa itulah yang menyebabkan kamar ini kembali ditutup untuk disewakan. Angka 308 di pintu kamar pun diganti dan dipasangi tulisan Private, yang menandakan bahwa kamar tersebut tidak disewakan. Budi pun menutup perbincangan dengan mengembalikan semua kisah tersebut kepada diri masing-masing, apakah memang benar adanya ataupun hanya mitos belaka.

Puas melihat-lihat kamar, saya pun turun untuk bersantai di tepi pantai sembari menikmati matahari terbenam. Rasanya waktu menjadi lambat di sini. Sejauh mata memandang, hanya ada deru ombak Samudera Hindia mengempas pantai. Saya pun duduk di kursi yang mengarah ke pantai. Namun, wangi dupa kembali menyeruak di penciuman saya. Entahlah, apakah penciuman saya yang sudah terkontaminasi dupa ataukah memang di setiap sudut hotel ini dipasangi dupa sebagai bentuk penghormatan kepada Nyai Roro Kidul.

Palabuhan Ratu, 07 Desember 2013