Saturday 15 December 2012

Abah Ayud, “Begitu Mudahnya Menebang, Begitu Susahnya Menanam”



Usianya sudah tua, sekitar 65 tahun. Namun, ia masih dipercaya untuk menjadi penjaga Taman Buru Masigit Kareumbi sekaligus menjadi penanggung jawab dalam kegiatan “Wali Pohon”, program konservasi penanaman lahan di sekitar gunung Masigit, Kareumbi. Siapa nyana, di usianya yang menjelang senja ia masih aktif mengonservasi lahan rusak untuk menjadi hutan kembali.

Siang itu, udara Taman Buru Masigit Kareumbi cukup dingin. Matahari malu-malu mengintip di sela-sela pohon pinus. Saya bersama rombongan dari Fakultas Teknologi Industri Pertanian (FTIP) Unpad berencana akan melakukan kegiatan penanaman 400 pohon di kawasan tersebut, tepatnya di Kampung Cimulu Desa Pengerenan, Kecamatan Limbangan, Garut, sekitar 4 kilometer dari pintu masuk Taman Kareumbi.
Seorang bapak tua menyambut kami setibanya di sana. Senyumnya yang hangat khas orang pribumi yang terkenal dengan citra ramahnya. Meskipun sudah tua, tubuhnya masih tegap dan sehat. Tidak tampak sedikit pun tanda-tanda “penyakit tua” yang tampak pada dirinya.

Saturday 8 December 2012

JOHN LENNON



Aku bayangkan seandainya aku adalah John Lennon, maka aku akan menutup diri terhadap dunia dan menghabiskan waktu menjadi petani gandum saja. Tidak bertemu dengan Paul, George, dan Ringo untuk mendirikan The Beatles. Mengapa aku berpikiran seperti itu? Karena aku takmau hidupku berakhir di ujung pistol seseorang yang barangkali tergila-gila padaku namun ternyata ia sakit jiwa.

Di senja yang selalu mendung ini aku selalu membayangkan bisa pergi ke New York dan mengunjungi apartemen Dakota, tempat di mana John Lennon mengembuskan napas terkahirnya di tangan Mark David Chapman. Empat biji peluru tepat mengenai tubuhnya, tubuh siapa yang mempan ditembus dengan empat peluru sekaligus seperti itu. John Lennon—musisi dunia yang kutahu kini menjadi legenda—pun taksanggup menerima muntahan empat peluru seperti itu di tubuhnya. Ia manusia biasa, sama sepertiku juga. Sama-sama berkacamata dan berambut gondrong.

Bangkitkan Kembali Aktivitas Mendongeng Kepada Anak



*Ini adalah salah satu reportase penulis untuk website http://www.unpad.ac.id/

Syahdan, ada seorang perempuan yang bernama Jennifer Thomas. Sejak usia SD, ia sudah memiliki nilai IQ 110, nilai tertinggi untuk seorang anak SD. Berkat kemampuannya, ia pun akhirnya diterima di University of Cambridge, Amerika. Ternyata, ia seorang penderita Down Syndrome, kelainan yang berdampak pada keterbelakangan fisik dan mental, sejak kecil. Ajaibnya, kecerdasan dan IQ Jennifer yang tinggi bermula dari ketekunan kedua orang tuanya menceritakan dongeng sejak ia masih kecil.

KISAH CINTA TENTANG KISAH CINTA

Marilah akan kuceritakan sebuah kisah cinta tentang pengorbanan. Seorang lelaki sangat mencintai kekasihnya yang buta. Kemanapun kekasihnya melangkah, lelaki tersebut menjadi mata bagi langkah kekasihnya. Setiap saat, setiap waktu, setiap langkah yang selalu tertoreh jejaknya. Lelaki tersebut sangat mencintai kekasihnya, begitu pula kekasihnya. Meskipun buta, ia membayangkan bahwa lelaki yang mencintainya itu lebih indah dari lelaki-lelaki lain yang ada di seluruh dunia.

Suatu hari, kekasihnya sempat berkata kepada sang lelaki, "Aku ingin menikahimu apabila ada yang sudi mendonorkan matanya untukku," ujarnya. Betapa bahagianya perasaan si lelaki. Ia pun pergi ke beberapa rumah sakit, mencari pendonor yang mau mendonorkan matanya. Namun, ia tidak juga menemukan calon pendonor. Lelaki itu putus asa. Ia ingin menikah dengan kekasih yang sangat dicintainya.

Beberapa hari kemudian, kekasihnya mendengar kabar bahwa ada orang yang mau mendonorkan matanya.. Betapa bahagianya ia. Tanpa berpikir panjang, ia pun menerima mata tersebut. Beberapa saat kemudian, ia bisa melihat dunia untuk pertama kalinya. Bahagia.

Ia pun mencari lelakinya. Ia ingin mengabulkan janjinya dulu. Ditemuinya kekasihnya. Ia terkejut, kekasihnya adalah orang buta! Ia menangis sejadi-jadinya. Ia berlari keluar rumah sakit, menjauhi harapan-harapan indah yang selama ini telah dibuatnya. Ia tidak mau menerima kenyataan tersebut.

Beberapa hari kemudian, ia enggan untuk menghubungi lelaki tersebut. Lelaki yang tidak ia ketahui telah mengorbankan dunianya, harta yang paling berharga di dunia ini. Ia pun memutuskan untuk menikah dengan lelaki lain yang lebih gagah dan tentunya punya mata yang sempurna. Menjelang pernikahannya, sepucuk surat ia terima. Surat dari lelaki yang mencintainya dulu. Isinya sangat singkat.

"Take care of my eyes, Dear"



Bandung, 08 Agustus 2012