Friday 27 January 2012

KESEHATAN ITU MURAH HARGANYA


Dalam berbahasa di masyarakat Indonesia, kita mengenal ada istilah “kesehatan itu mahal harganya”. Orang-orang akan menggunakan istilah ini jika dirinya orang telah terjangkit penyakit. Secara semantis makna dari istilah tersebut adalah kesehatan itu akan terasa tinggi nilainya jika kita telah terjangkit suatu penyakit akibat lalai menjaga kesehatan. Namun, dilihat dari segi pragmatik dan kesinkronan antara kalimat dengan keadaan sosial, hal ini tidak logis.
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang sedang berkembang. Negara selalu mengusahakan kesejahteraan bagi rakyatnya, meski kenyataannya sudah 66 tahun Indonesia merdeka, kesejahteraan itu belum terasa bagi rakyat kecil. Pelayanan kesehatan pun belum dirasakan merata bagi setiap rakyat Indonesia. Apalagi jika rakyat tersebut berada di kawasan pelosok dan di pedalaman.
Makna “kesehatan itu mahal harganya” barangkali menjadi istilah yang salah ketika digunakan di Indonesia. Rakyat miskin yang notabene tidak mampu mencukupi kebutuhan sehari-harinya mungkin akan bertambah miris bila mendengar istilah ini. Betapa tidak, mereka sangat anti mendengar kata “harga mahal”. Dalam benak mereka, “kesehatan itu mahal harganya” memiliki makna bahwa kesehatan itu lebih malah dari motor Harley Davidson, lebih mahal dari harga satu kilo beras dan satu kilo telur, serta lebih mahal dari harga minyak. Jika dalam pikiran mereka tertanam bahwa sehat itu mahal, bagaimana mungkin kita bisa mengubah tingkat kesehatan masyarakat Indonesia?
Konsep “kesehatan itu mahal harganya” tentunya hanya terdengar ketika orang sedang terkena penyakit. Konsep pemikiran ini yang harus diubah, yakni bukan sehat yang mahal tapi sakit yang harus mahal. Coba kita bandingkan kalimat “kesehatan itu mahal harganya” dengan kalimat “sakit itu mahal harganya” lalu diucapkan ketika kita terkena sakit. Mendengar kalimat “sakit itu mahal harganya” orang akan berpikir dua kali untuk sakit bukan?
Kesehatan itu tidak mahal kok. Ia bisa dibeli dengan murah dan dapat digunakan setiap hari. Menjaga kesehatan tidak selamanya harus membeli alat-alat untuk melancarkan peredaran darah, atau suplemen-suplemen penjaga kesehatan. Dengan menjaga pikiran agar tetap jernih pun sudah menjadi kunci dari kesehatan kita. Menjaga tubuh dengan mengonsumsi makanan dan minuman yang bergizi aecara teratur, manusia akan terhindar dari penyakit. Bila pemikiran ini melekat dalam masing-masing pikiran rakyat Indonesia, saya kira tidak ada lagi orang yang berkata, “kesehatan itu mahal harganya” ketika mereka sakit.
Dari segi bahasa, saya menganjurkan untuk mengubah kalimat “kesehatan itu mahal harganya” menjadi “kesehatan itu sangat berharga”. Berharga memiliki makna bernilai, tinggi nilainya, dan penting. Tentunya dengan menggunakan kata “berharga”, orang akan semakin peduli menjaga kesehatan, baik kesehatan tubuh maupun kesehatan lingkungan. Jika penerapan kalimat “kesehatan itu mahal harganya”, orang tidak mau sehat dong, sehat kan mahal? Siapa yang mau beli kalau harganya mahal?


Salam Humaniora
Bandung, 25 Januari 2012
11.15

No comments:

Post a Comment