Foto :di sini |
PUISI #1
“Buatkan aku satu puisi sebelum kematianku,” pintamu ketika
aku menjegukmu kemarin.
Aku memang suka menulis puisi. Tetapi, bagaimana kelak jika
puisiku menjadi pengantar kematianmu? Kini kau terbaring lemah di rumah sakit,
setelah ditabrak lari oleh sebuah mobil. Dan, kini kau tengah menunggu malaikat
mencabut nyawamu.
Aku memang menyukai suasana yang dramatis, termasuk suasana
ketika seseorang menunggu ajalnya tiba. Namun, apakah aku juga harus membuatkan
puisi untuk mengantar kematianmu? Bagaimana jadinya jika nanti puisi itu akan
gentayangan mengantuiku dan kembali menceritakan perihal kematianmu?
Mati itu menyenangkan, kukira. Sama halnya dengan menulis
puisi. Tetapi, sungguh, aku takut untuk menulis puisi untukmu kini.