Tuesday 22 May 2012

Lady Gaga yang Gagal



Tuan dan Puan...

Saat ini Indonesia gencar akan aksi-aksi konfrontasi terhadap artis Lady Gaga oleh Front Pembela Islam (FPI). Menurut jadwal, Lady yang bukan saudara kandung Azis Gagap ini akan menggelar konser di Indonesia pada tanggal 3 Juni mendatang. Pihak promotor telah menjual habis tiket konser kepada calon penonton bahkan tidak sedikit penonton yang tidak kebagian tiket.

Namun, konser ini ternyata dilarang oleh pihak Kepolisian dengan alasan belum mengantongi izin dari Kepolisian. Nah, ini yang menjadi perdebatan yang sengit. Pasalnya, bukan hanya polisi saja yang melarang, namun kelompok Islam Militan yang bernaung dalam bendera FPI pun mengecam pertunjukan konser ini. Mereka (FPI) mengklaim bahwa Lady Gaga tidak pantas masuk Indonesia karena ia terkenal dengan busana-busana dan aksi panggungnya yang kontroversi dan bertentangan dengan nilai-nilai ajaran Islam. Lady Gaga pun dicap sebagai artis pemuja setan (Illuminati/satanisme). Oleh karena itu, tidak pantas seorang Lady Gaga untuk manggung di Indonesia.

Tentu saja aksi pelarangan oleh Polisi dan FPI ini memicu protes keras dari beberapa kalangan. Ada yang menganggap bahwa aksi pelarangan ini hanya sebagai manipulasi polisi saja untuk melanggengkan kekuasaan FPI di tanah air, bahkan ada yang sampai berpandangan bahwa Polisi pun kini telah dipengaruhi oleh FPI. Apapun alasannya, hal ini telah memicu adanya perpecahan pendapat antara kelompok yang pro pelarangan dengan kelompok yang kontra.

Sebagai orang-orang yang memosisikan dirinya sebagai moderat, liberal, dan sosialis, tentu pelarangan ini sangat ditentang keras dan bisa melanggar hak asasi (hak asasi nonton Lady Gaga tentunya!). Sebab, mereka lebih menganggap bahwa busana dan aksi Lady Gaga masih terbilang normal dan tidak erotis ketimbang busana dan aksi dari para pedangdut koplo kita yang bahkan tidak canggung beradegan erotis dengan lawan jenis ketika perform di panggung. Tidak percaya, coba saja buka situs Youtube ya!

Ditantang seperti itu, FPI dan Polisi pun manggut-manggut,” Itu pun sudah menjadi bagian dari usaha kami untuk memberantas kemaksiatan,” sergahnya. Nyatanya, bahkan pertunjukan dangdut koplo yang ebih erotis pun sudah lebih dahulu muncul ketimbang si wanita nyentrik Lady Gaga. Malahan, polisi pun sempat mengamankan panggung tersebut. Lantas, mengapa panggung-panggung dangdut koplo yang sudah jelas-jelas terang-terangan seterang-terangnya bahkan hingga diunggah di situs Youtube masih saja diberi izin, sedangkan konser Lady Gaga tidak dikasih izin? Lalu kemanakah FPI pada saat pertunjukan dangdut koplo berlangsung. Saya yakin mereka tidak sedang menikmatinya bukan?hehe

Kejanggalan-kejanggalan itulah yang membuat masyarakat berang terhadap FPI pada khususnya. Mereka bertindak seolah-olah hanya merekalah golongan mayoritas di negeri ini. Ingat Sahib, ini negara Demokrasi, bukan negara berdasar pada ajaran agama tertentu. Karena negara ini sudah didaulat sebagai negara demokrasi, ya demokrasi itu pun harus dijunjung tinggi dan ditegakkan, bukan dengan aksi sepihak yang justru malah memicu protes keras. Kita sering lupa bahwa Indonesia adalah negara mayor, yakni hanya kaum mayoritaslah yang bisa menguasai negeri ini. Kaum minoritas menjadi temarjinalkan dan terkadang ada usaha dari kaum mayoritas untuk menegakkan negara sesuai dengan prinsip mereka.

Inilah yang salah. Banyak wacana yang akan mengubah Indonesia menjadi negara dengan sistem Islam. Tapi kenyataannya, masyarakatnya pun masih terlalu awam mengenai bagaimana konsep Islam itu sendiri. Di negara multikultur dan multietnis ini Indonesia harus mampu menjunjung tinggi keberagaman. Negara bukan dibentuk oleh satu kelompok. Negara bukan dijalankan oleh satu etnis. Dan negara pun bukan dipedomani oleh satu kepercayaan saja.

Bila dibiarkan terus menerus, Indonesia menjadi hilang legitimasinya. Tindakan yang terlalu banal malah akan mengakibatkan orang-orang yang berbeda faham akan mudah untuk menentang dan mengajukan perlawanan. Pelarangan konser Lady Gaga ini pun merupakan salah satu bukti bahwa mayoritas masih berada di atas angin terhadap kaum minoritas.

Lady Gaga hanyalah seorang artis yang mencoba totalitas. Ia pun masih punya Tuhan, meskipun Tuhannya ialah setan itu sendiri. Lho, zaman sekarang bukannya apa pun bisa dijadikan Tuhan? Pejabat di Gedung Dewan pun kan mempunyai Tuhan yang poli, salah satunya Tuhan Kekuasaan, Tuhan Uang, dan Tuhan Jabatan, iya kan Tuan dan Puan?

Konsep makna dari “Tuhan” sendiri saya pikir telah mengalami generalisasi. Tuhan bukan lagi yang menciptakan manusia, tetapi Tuhan ialah yang memakmurkan manusia. Barang siapa ada yang bisa menjadikan diri manusia itu kaya, maka itulah Tuhan mereka. Kenyataan inilah yang menjadi paradigma nirsadar dalam diri kita.

Kembali ke masalah si Lady, kabarnya FPI pun sudah menyiapkan sedikitnya 150 tiket konser jikalau konser Lady Gaga itu jadi digelar. Mereka akan masuk secara resmi (membeli tiket yang asli) dan akan melakukan aksi-aksi terang-terangan untuk menggagalkan konser tersebut. Hmm, mungkin FPI pun ingin nonton juga ya dengan menyiapkan tiket sampat 150 buah? J

Terlepas dari itu, suka atau tidak suka, porno atau tidak porno, Lady Gaga tetap saja seorang seniman. Ia mempunyai gayanya sendiri. Seniman kan harus punya karakter, dan Lady Gaga telah mematenkan karakternya dengan aksi dan busana yang tidak biasa. Masalah yang muncul adalah masalah jati diri penontonnya, jika memang penonton menganggap bahwa busana Lady Gaga terlalu erotis ya mending cari artis lain saja yang lebih sopan ketimbang sibuk mencela dan memojokkannya. Penontonlah yang lebih tahu diri dan mampu menyaring hal-hal apa saja yang baik bagi kehidupannya.

Nah!

Apabila ada yang bertanya, apa pendapat saya ketika Lady Gaga batal konser, maka saya akan menjawab apabila Lady Gaga mau menghormati budaya “ketimuran” kita, yakni menyesuaikan karakternya dengan budaya dan kepercayaan di Indonesia, itu saya pikir sah-sah saja untuk digelar konsernya. Dan jika harus memilih antara setuju dan tidak aksi pelarangan tersebut, maka saya akan tenang menjawab, “Saya tidak kenal Lady Gaga, karena saya belum pernah berkenalan, menjabat tangan, dan menyebutkan nama saya di hadapannya. Dan saya hanya mau mendengar musik yang saya suka!”

No comments:

Post a Comment