Friday 10 January 2014

MENUJU NEGERI DI ATAS AWAN (1): Memulai Perjalanan

Angin kencang menyambut saya saat tiba di Terminal Cicaheum, Bandung. Tempat ini adalah titik awal untuk menuju Wonosobo, kota tujuan saya. Sementara dari arah barat, hujan mulai turun dengan deras. Beruntung, saya tidak menjadi "korban" keganasan hujan tersebut dan tiba di terminal tanpa basah kuyup.

Bus tujuan Bandung-Wonosobo masih lama berangkat. Terminal tidak terlalu sepi, namun juga tidak terlalu ramai. Saya memutuskan untuk menunggu sambil menulis di kursi yang disediakan terminal. Kondisi kursi tidak terlalu baik, sedikit keropos sana sini dimakan usia. Maklum, terminal ini termasuk terminal lawas di Kota Bandung. Letaknya yang berada di tengah kota sering menjadi penyebab kemacetan parah di sekitarnya. Belum lagi sarana lalu lintas yang seringkali tidak mendukung.



Akhir pekan, Bandung memang menjadi tujuan wisata bagi banyak orang. Mereka datang dari berbagai kota di Indonesia. Apalagi bagi wisatawan dari Jakarta, berkunjung ke Bandung seperti berkunjung ke rumah tetangga. Tidak membutuhkan waktu yang lama, hanya sekira dua jam melalui akses Tol Cipularang. Sehingga, mobil-mobil mereka pun berkeliaran di Bandung.

Hal inilah yang membuat saya acapkali berpikir untuk meninggalkan Bandung di akhir pekan. Dominasi wisatawan yang memadati jalan membuat masyarakat kota Bandung pun malas untuk keluar rumah. Jika mereka akan berduyun-duyun mendatangi Bandung, maka saya akan meninggalkannya sampai mereka kembali ke kota asalnya.

Begitulah, sehingga saya pun menemukan tujuan perjalanan kali ini, yaitu Dieng di Wonosobo, Jawa Tengah..Kota kecil yang berjarak sekira 40 kilometer dari Wonosobo ini terletak di ketinggian 2.093 meter di atas permukaan laut, sebuah kota tertinggi di Indonesia. Selain kaya akan keindahan alam dan udaranya yang dingin,  kota ini banyak menyimpan peninggalan sejarah dan budaya Jawa yang eksotis.

Tengoklah candinya, candi yang gagah menantang angin pegunungan. Lihatlah keajaiban tradisinya, dimana ada suatu desa yang menyimpan mitios yang unik, yaitu beberapa anak kecilnya memiliki rambut gimbal. Rasakan hangat masyarakatnya di antara suhu di bawah 10 derajat Celcius, masih selalu ramah dan menyapa pengunjung yang menjejakkan kakinya di sana.

Bisa dibilang, Dieng adalah daerah wisata sederhana, hangat, dan ramah. Meskipun sama sekali belum pernah ke sana, saya sudah terbius oleh atmosfirnya. Saya ingin meraba budayanya, merasakan kesiur angin pegunungan, mengakrabi dinginnya, dan diam mendengar irama alam di tepi telaga. Begitulah, satu dari jutaan keindahan Indonesia yang tidak akan habis terjelajahi.

Ya, saya akan mengunjunginya. Bus Sinar Jaya dengan harga Rp70.000 membawa sana menuju ke sana. Semoga semesta merestui.



Bandung, 10 Januari 2014
Dalam perjalanan menuju Wonosobo dan hujan yang membasahi kaca jendela bus.

No comments:

Post a Comment