Thursday, 23 August 2012

NYANYI SUNYI SEORANG WANITA


Tolong jangan biarkan aku tertidur malam ini. Biarkan aku terjaga melihat dunia di bawahku sambil mendengarkan cerita-ceritamu tentang semesta. 
Aku ingin mataku selalu membuka dan terus melihat parasmu yang menenteramkan hatiku. Aku takut ketika aku pejamkan mataku hanya sedetik saja, aku takakan melihat indah dunia lagi selamanya. Aku masih ingin hidup bersamamu, mereguk nikmat yang kata orang dinamakan cinta dan itu sungguh indah takmungkin dilupakan. Aku masih ingin melihatmu, menggenggam tanganmu, memelukmu, mendengarkan suaramu, menangkap makna di kedua bola matamu, melantunkan melodi malam lewat merdu suaramu, melihat bintang-bintang yang bertaburan di langit sambil berbicara tentang masa depan, dan banyak lagi yang ingin kulakukan bersamamu. Hanya bersamamu saja.

Wednesday, 22 August 2012

EMPAT DEFINISI TENTANG MENCINTAI



@Ariefsenja


I

Mendoakanmu adalah wujud cinta terbesar yang kuberikan kepadamu



II

Mencintaimu adalah air mata tertahan yang sewaktu-waktu akan tumpah



III

Mencintaimu serupa sungai yang mengalir ke lautan, ada awal ada akhir. Sebab kau manusia bukan Tuhan



IV

Pada saatnya nanti mencintaimu tidak bisa membenarkan apa-apa



Jagad Twitter, 22 Agustus 2012
23:56

PUISI DARI CAHAYA KUNANG_KUNANG


Aku ingin melihat kunang-kunang tak remang tak terang

Tak juga seperti Khayam yang membayangkan seribu kunang-kunang 
Aku ingin melihat satu saja
remang terang tak jadi masalah.

Apakah yang terlintas dari sebuah imajinasi liar?
Petang datang bangunkan si jalang
keluar mencari padang ilalang di sela-sela kenangan

Ini dunia tak henti menangis
Meski tatacahaya selalu melingkupinya dengan riang
seperti bintang seperti kunang-kunang itu





2009
Gambar: di sini

Tuesday, 21 August 2012

PADA SEBUAH JENDELA

                                                              KOMPASIANA


Malam mengetuk jendelamu

kau buka dan kau dapati kabar kematianku

sore tadi,


Tidak ada air mata memang, sebab kematian terlalu sering menjadi

kabar yang tak penting ketika malam tiba


Sunday, 19 August 2012

ADA LASTRI YANG MENUNGGUKU DI JOGJA




Kukenal ia saat aku akan naik Trans Jogja di Halte Malioboro 2. Wajahnya yang ayu dan senyumnya yang cantik khas Putri Jawa. Saat itu ia menjadi petugas tiket sekaligus pemberi informasi bagi-bagi turis-turis yang akan berwisata menggunakan Trans Jogja.

Aku belum pernah naik Trans Jogja sebelumnya. Kesempatan mengunjungi Jogja kali ini kugunakan untuk mencoba bus yang satu ini. Kata orang-orang, ini adalah angkutan alternatif untuk mengunjungi beberapa tempat wisata di Jogja. Dengan harga yang relatif murah, kita bisa sampai di tempat wisata tanpa perlu bingung lagi memikirkan angkutan.

Dua Bibir




Barangkali memang inilah caraku untuk mendapatkan hangat bibirnya. Dengan langsung mencium bibirnya tanpa ada prosesi permohonan izin apa pun yang sangat rumit. Aku tak mau harus menunggu sampai waktu yang entah kapan selesainya hanya untuk mendapatkan lembut bibirnya. Bagiku, tak peduli bagaimana caranya, bagaimana situasinya, bagaimana proses mendapatnya, aku akhirnya bisa mendapatkan hangat bibir miliknya. Hanya mencium saja. Tidak lainnya. Karena aku lebih suka ciuman yang sederhana dan masih dipayungi oleh cinta. Jika ciumanku itu tak lagi dipayungi oleh cinta, aku tak lagi bisa membayangkan betapa susahnya aku harus mencium bibir orang.

Dalam ciumanku itu padanya, kurasakan ia pun merasakan hal yang sama denganku. Kurasakan ada cinta di sela-sela bibirku dan bibirnya. Entah sedikit, entah banyak. Kami berciuman tak lebih dari sekadar ciuman. Hanya berciuman saja. Tak lebih dari itu. Mengapa orang-orang berpandangan bahwa berciuman itu merupakan sesuatu yang terkesan vulgar? Itu karena pikiran mereka teramat pendek. Mereka hanya terpaku pada statement bahwa orang tak boleh berciuman hangat sebelum waktunya memiliki pendamping hidupnya. Aku mendobrak statement itu. Aku lebih senang jika berciuman itu dilakukan sekarang-sekarang. Sebab, boleh jadi, aku tak pernah merasakan lagi nikmatnya berciuman itu nanti ketika aku telah menikah. Memang, setelah menikah kita bebas untuk melakukan hal apa saja, tetapi tak ada yang lebih indah bagiku selain merasakan hangatnya ciuman dengan kekasihku saat ini. Hanya sekadar untuk melepas penat dunia saja. Dan sisanya karena aku ingin melumuri bibirnya yang kering dengan air cintaku.

BRAND PROTECTION


Hati-hati jika Anda memiliki sebuah produk, tanpa Anda sadari nama produk Anda digunakan oleh orang lain tanpa seizin Anda. Yang lebih membahayakan lagi adalah jika sampai produk Anda pun dapat dipalsukan oleh orang di luar sana! Jangan takut, brand protection akan melindungi Anda dari kejahatan pemalsuan

Brand protection adalah salah satu cara untuk mematenkan kekayaan intelektual suatu individu atau perusahaan. Tindakan ini didasari pada semakin maraknya aksi penipuan, pemalsuan identitas produk, pembajakan, hingga plagiatisme. Tidak mau jika aksi kejahatan tersebut semakin berkembang, muncullah strategi brand protection tersebut untuk mengantisipasi kejahatan pemalsuan identitas suatu produk yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan tertentu.

Saturday, 18 August 2012

Wanita, Hujan, dan Piano


Gambar : di sini

Barangkali, hujan inilah yang mengantarkan segala kenanganku padamu. 
Hujan bagai tarian abadi menurunkan airmata langit yang tidak pernah kering. Siapalah yang bisa membaca bahasa hujan selain jiwa yang begitu mendayu-dayu? Dan hujan seakan menjadi saksi bisu bahwa disini aku selalu termangu menatap butir-butir hujan yang jatuh bagai airmata hingga menjadi genangan. Karena bagiku, segala yang kulihat kala hujan adalah dirimu, bayang-bayang yang taklekang oleh usia meski zaman telah beranjak tua dan meniadakan ragamu entah ke mana.

Titik-titik air hujan menetes di jendela gedung bertingkat dan aku termangu di dalamnya. Tetesan itu mengalir ditarik gravitasi bumi terus menetes dan jatuh ke bawah. Apakah ia akan sampai di hatiku? Menjelma butir-butir kerinduan yang selalu membasuh jiwa yang kusam manakala aku melangkah terlalu jauh ke dalam bayangan kelam. O, betapa pun dunia telah gemerlap taklagi suram. Kota bermandi cahaya dan aku tenggelam di dalamnya, tetapi taksatu pun terlihat jejakmu di sana. Kau melangkah ke mana? Pertanyaan itu entah sampai kapan kuajukan padamu meski tidak pernah kutemui jawabannya.

SELAMAT LEBARAN



Selamat Lebaran, selamat melanjutkan semangat Ramadhanmu di hari-hari selanjutnya.

Friday, 17 August 2012

RENDEH, SEPANJANG MEMORABILIA


Ia menatap stasiun yang muram oleh hujan dari balik kaca jendela kereta. Satu jam lagi ia akan sampai di kota kelahirannya, kota dimana segala kenangan mangkal di setiap sudutnya. Mungkin apabila ia kembali lagi, kenangan itu akan ia ambil lalu ia simpan di saku bajunya. Akh, kenangan, siapa yang sudi menghapus kenangan indah yang begitu banyak tersebar dalam ingatan?

Hujan masih menemani perjalanannya semenjak berangkat dari Jakarta. Dan, kini senja mulai menjadi malam. Seharusnya ia bisa menikmati senja yang indah dengan matahari bulat membara. Namun, hujan menyembunyikan segalanya, seakan tahu bahwa setiap kali ia berada di kereta, ia selalu membayangkan bayangan kekasihnya.

Sepasang kekasih berteduh di peron. Keduanya terlihat bahagia menghadapi hujan ini. Ia melihat segalanya dengan jelas dari kaca jendela, meskipun perlahan uap air memburamkan kaca. Ia tahu, kenangan bukan hanya tersebar di kotanya, melainkan di setiap penglihatannya, ia selalu menemukan kenangan itu. Betapa tidak akan pernah tidak menemukan kenangan apabila kenangan tersebut berada di sela-sela garis matanya, sehingga apa yang ia lihat selalu memunculkan kenangan.

Lantas, kemana ia harus menghapus kenangan tersebut? Kenangan kini terlalu perih baginya. Setiap yang dilihatnya, berjuta kenangan seakan siap memuntahkan air matanya. Ia selalu merasakan perihnya sunyi yang ditusuk oleh kenangan itu. Mengapa takpernah habis terurai kenangan tersebut? Pikirnya. Ia ingin mengakhiri segala kegelisahan yang ada. Namun, kenangan itu akan tetap ada. Bayangan wajah kekasihnya tetap selalu membayang di pelupuk mata.

Wednesday, 15 August 2012

ANYER, SUATU SENJA














Aku ingin mengucap rindu padamu, setelah itu kau boleh melupakan kenangan tentangku...


Kafe kala senja. Orang-orang datang dan pergi untuk menikmati senja. Sedang di depan kafe, laut dengan genit bermain dengan pasir pantai. Orang-orang memesan makanan dan minuman di kafe itu. Ada yang datang karena lapar, berkumpul bersama keluarga, teman, dan kerabat, hingga sekadar menikmati senja yang indah. Aku menunggumu, di meja itu, dengan bangku di depanku yang kelak akan diduduki olehmu.

Ini sudah berapa kali kita bertemu? Hari dimakan kenangan. Bulan dimakan rindu, dan tahun demi tahun terlewati dengan penuh perasaan. Seakan hidup adalah mengejar sebuah kenangan. Waktu memang terlampau singkat bagiku, sebab setiap pertemuan akan selalu berakhir dengan perpisahan. Namun, setidaknya pertemuan denganmu akan selalu menjadi pertemuan berharga dan selalu kutunggu saat-saat itu.

Tuesday, 14 August 2012

WANITA YANG MEMEGANG SENJA


Ia melihat mentari senja dengan begitu merah, begitu bulat merah seperti bulatan di bendera negara Jepang, bulat dan merah menyala. 

Sedang cakrawala semu kelabu sehingga langit tak begitu keemasan takbegitu rupawan. Entahlah, meski langit tak secerah biasanya, namun mentari itu begitu merah menyala bulat sebulat-bulatnya bagai telur ceplok yang—semua orang tahu—begitu bulat.

Mentari itu kadang muncul kadang hilang tersembunyi di balik gedung-gedung angkuh yang angkuh membisu. Ketika mentari itu hilang dalam pandangannya tersembunyi di balik gedung-gedung, ia akan mencari keberadaannya kembali, mencari ke segenap pelosok, mencari tempat yang memudahkan ia melihat mentari yang begitu rupa begitu bulat tersebut. Ia mencintai senja, dan selalu akan ia abadikan semua senja yang pernah muncul di semesta ini. Ia abadikan dengan memasukkan senja itu ke dalam ingatannya yang mungkin cukup lapang untuk menampung ribuan bahkan jutaan senja yang memerah dan keemasan. Sehingga dalam benak dan ingatannya akan penuh dengan senja yang memerah keemasan dan tentu saja senja yang bermentari bulat merah menyala.

Monday, 13 August 2012

PERTEMUAN


Sedikit sekali orang yang menghargai sebuah pertemuan....
Beberapa jam yang lalu kita mengalami sebuah pertemuan. Biasa saja. Tetapi, beberapa jam kemudian, kita harus merelakan pertemuan itu berakhir dengan perpisahan. Penuh makna. Lalu, kita akan mengenangnya dalam ingatan, dan memaki dalam hati mengapa pertemuan tersebut teramat singkat dilakukan. Seperti biasa, perpisahan selalu disertai dengan kesedihan dan penyesalan yang dalam.

Pernahkah terpikir oleh logika bahwa pertemuan itu tidak selamanya terjadi? Dan pernahkah terpikir oleh logika bahwa justru perpisahanlah yang paling sering kita jumpai? Perpisahan hanya beda sepersekian detik lajunya dengan pertemuan. Begitu pertemuan tiba, maka perpisahan akan selalu menunggu di ujung waktu. Tidak ada yang abadi.

Tuesday, 7 August 2012

PESAN




Pada suatu malam sepasang suami istri bertengkar hebat satu sama lain.

“Kau sudah berubah. Kau tidak pernah cinta padaku. Apa kau kira pernikahan itu hanyalah sebuah permainan belaka?” ucap istrinya dengan air mata yang deras.

“Bukannya kau yang tidak cinta padaku? dari dulu kau selalu mementingkan urusan kerjamu. Apa uangku takcukup buat membiayai hidupmu? Aku kerja dari pagi sampai malam hanya untuk menghidupimu. Kalau bukan karena cinta, karena apalagi aku melakukan itu semua untukmu?”

“Tetapi kau tidak pernah peduli denganku!”

“Peduli apa? Kau yang tidak pernah peduli padaku!”

“Kau yang tidak peduli!”

“Kau!”

“Kau!”

Thursday, 2 August 2012

REQUIEM AIR MATA



Kesedihan mana yang akan membuat ia menangis kecuali ketika ia sedang memainkan pianonya. Memainkan nada-nada yang menjelma menjadi lautan kesedihan. Setiap kali ia bermain, sendiri di ruangan pribadinya, duduk di kursi dan mulai memainkan tuts-tuts yang membisu, lalu terdengarlah alunan nada-nada yang indah, sangat indah, hingga tidak ada satu komposer pun yang bisa menyamainya. Ia bermain dengan penuh penghayatan, sehingga nada-nada yang keluar kemudian merasuk ke dalam kalbunya, merasuk ke dalam urat nadinya, merasuk ke dalam dunia sunyinya, merangsang kelenjar air matanya untuk mengeluarkan air mata.

Dan apabila ia telah menangis, maka nada-nada tidak lagi menjadi nada yang indah. Nada-nada-nada telah menjadi pisau. Tajam mengiris dan menusuk ke dalam jiwa yang sunyi. Dan setiap kali nada-nada itu didengar oleh orang, maka akan menangislah orang yang mendengar itu.